Mohon tunggu...
Syukri Muhammad Syukri
Syukri Muhammad Syukri Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Orang biasa yang ingin memberi hal bermanfaat kepada yang lain.... tinggal di kota kecil Takengon

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Di Depok: One Day No Rice, Ramadhan: One Month No Rice

20 Juli 2012   18:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:45 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13428083511523814930

[caption id="attachment_195351" align="aligncenter" width="640" caption="Tajil ramadhan, makanan berbuka puasa yang dijual oleh pedagang kagetan setiap bulan ramadhan."][/caption] Belum lama ini, Walikota Depok Nurmahmudi Ismail mencanangkan sebuah program “One Day No Rice” yaitu satu hari tanpa nasi. Program ini mendapat respon positif dari banyak pihak, terutama dari kalangan penderita penyakit yang harus mengurangi makan nasi. Selain itu, program ini juga sebagai bentuk kampanye diversifikasi pangan, bahwa bahan pangan bukan hanya beras, bisa ketela, singkong, sagu dan lain sebagainya. Sejak Sabtu, 21 Juli 2012 (ada juga yang mulai sejak 20/7), sejumlah kaum muslimin di seluruh dunia mulai menjalankan ibadah puasa. Salah satu yang dilarang selama menjalankan ibadah puasa adalah makan sejak masuknya imsak sampai masuk tiba waktu magrib. Bagi kaum muslimin di Indonesia, larangan makan itu berarti larangan makan nasi disiang hari selama sebulan penuh atau one month no rice. Selama berlangsungnya ibadah puasa, tubuh kita akan kekurangan karbohidrat yang bersumber dari nasi. Kebutuhan karbohidrat hanya bisa dipasok ketika memasuki waktu sahur. Hitung-hitung, berapa banyak perut manusia mampu menampung karbohidrat, saya pikir tidak lebih dari sekali makan nasi dalam waktu sebelum puasa. Kalau demikian halnya, akankah orang yang menjalankan ibadah puasa akan mati lemas atau mati kelaparan? Nyatanya, belum pernah tersiar berita bahwa orang sampai mati kelaparan karena menjalankan ibadah puasa. Malah beberapa orang yang saya tanya, rata-rata mereka mengaku berada dalam kondisi sangat fit ketika menjalankan ibadah puasa. Biasanya, penyakit asam uratnya sering kumat tetapi selama bulan puasa, penyakit itu tak pernah lagi kambuh. Terus, keinginan perut untuk diisi pada pukul 10.00 WIB atau makan siang pada tengah hari, ternyata selama menjalankan ibadah puasa sama sekali tidak ada keinginan untuk itu. Biasanya pukul 12.00 WIB, tubuh sudah gemetar karena kelaparan. Hebatnya, selama menjalankan ibadah puasa tidak timbul rasa gemetar dengan keringat dingin. Benarkah semua itu terjadi karena efek niat sebelum makan sahur yang menegaskan kepada diri kita bahwa esok hari akan puasa? Menurut para ahli, efek niat itu akan terekam dan dicatat oleh otak bahwa kita telah berjanji tidak makan dan tidak minum disiang hari. Lalu, otak mengirim pesan kepada organ tubuh yang memproduksi asam lambung agar tidak mengirim enzim itu sejak imsak sampai menjelang magrib. Pesan itu juga dikirim oleh otak kepada saraf perangsang rasa lapar, sehingga saraf ini tidak memerintahkan munculnya rasa lapar. Tepatlah jika disebutkan bahwa dimana ada niat, disitu ada jalan. Berniat dengan sepenuh hati untuk berpuasa, maka saraf lapar menghentikan perintahnya. Meskipun orang disekitar kita sedang makan dengan lahapnya, karena niat kita sangat kuat untuk berpuasa, maka aroma makanan itu tidak berpengaruh sama sekali. Pastinya, kita bisa melalui latihan pengendalian lapar ini dengan tenang. Apabila dalam kondisi tanpa pasokan karbohidrat seorang manusia bisa tenang dan sabar, bayangkan jika dia berada dalam kondisi kenyang, tentu lebih sabar lagi. Inilah sebenarnya salah satu tujuan yang diharapkan dari ibadah puasa, bahwa tanpa sebutir makananpun dalam perut seseorang, dia tetap bisa menjalankan kehidupan, bisa berfikir dan beribadah. Jelaslah bahwa tujuan kehidupan manusia bukan untuk makan, sebab makan hanya sebuah sarana untuk bertahan hidup. Oleh karena itu, program one day no rice terasa tidak berarti jika dibandingkan dengan pelaksanaan ibadah puasa, sebulan penuh tanpa nasi. Kalaulah setelah selesainya ibadah puasa, kita ditantang dengan program one day no rice, kenapa tidak, katakan saja bahwa kita siap dengan program puasa Daud, puasa sunat selang sehari. Kesimpulannya, jika segala sesuatu sudah diniatkan Lillahi ta'ala, semua menjadi mudah. Sebaliknya, tanpa niat yang kuat, sesuatu yang mudahpun akan menjadi berat. Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankannya. Marhaban ya ramadhan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun