Mohon tunggu...
Syukri Muhammad Syukri
Syukri Muhammad Syukri Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Orang biasa yang ingin memberi hal bermanfaat kepada yang lain.... tinggal di kota kecil Takengon

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Dampak Perbincangan Batu Akik di Kompasiana TV

19 Februari 2015   00:50 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:55 812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_369542" align="aligncenter" width="640" caption="Suasana obral bongkahan batu akik, Rabu (18/2/2015) sore, di Takengon"][/caption]

Terawang mata batin Hendra Jaya terhadap jangka waktu berakhirnya booming bau akik di Kompasiana TV, Rabu (11/2/2015) lalu, ternyata membimbangkan para penimbun bongkahan bakal batu akik. Selama ini, penimbun bongkahan bakal batu akik itu bertahan dengan harapan harganya akan terus meroket. Kini, mereka ramai-ramai cuci gudang dengan harga obral, harga murah meriah.

Apa yang dikatakan kolektor batu akik dan pengeliling Indonesia itu di Kompasiana TV? Hendra Jaya mengatakan, menurut terawangan mata batinnya bahwa booming batu akik masih bertahan sampai 2 tahun mendatang.

Sebelumnya, kompasianer Ben Baharuddin Nur mengingatkan: “Janganlah mengatakan tidak akan menjual batu akiknya. Ketika pasaran batu akik lagi naik daun, jual lah, belilah hal lain yang lebih bermanfaat. Kalau nanti sudah kepepet baru batu akik itu dijual, harganya jatuh”.

Perbincangan tentang Batu Akik Harga Selangit di Kompasiana TV malam itu, ternyata ditonton oleh para penggemar batu akik di Aceh. Buktinya, salah seorang penimbun bongkahan bakal batu akik asal Meulaboh, Rabu (18/2/2015) sore, melepas stok bongkahan batu akiknya di Jalan Sengeda, Takengon, Aceh Tengah.

Lelaki berkulit gelap itu memarkir mobil pikap L-300 berwarna hitam yang penuh bongkahan batu di depan Warkop Horas Kopi Gayo. Kemudian dia berseru, obral batu lavender dan cempaka! Dijual murah, mulai dari Rp 10 ribu sampai Rp 100 ribu perbiji. Ayo, dipilih-dipilih, lagi cuci gudang!

[caption id="attachment_369543" align="aligncenter" width="270" caption="Bongkahan batu akik jenis lavender yang dijual seharga Rp 30 ribu per biji."]

14242564691728661750
14242564691728661750
[/caption]

Saya bertanya kepada lelaki berkulit gelap itu, kenapa dia melepas stok bongkahan batu akiknya? Kata lelaki itu, dia sudah tonton Kompas TV, harga batu akik akan segera turun. “Paling lama dua tahun lagi kata orang di Kompas TV,” bisik lelaki itu.

Makin lama makin banyak yang merapat ke mobil pikap itu. Satu persatu bongkahan bakal batu akik itu beralih ke tangan pembeli. Batu akik memang menarik, apalagi diobral ditengah pasar. Harganya bisa selangit jika berhasil diolah oleh pengrajin ahli.

Dan, obral bongkahan batu akik sore itu lebih menarik dari pada pengumuman Presiden Jokowi tentang masa depan KPK dan Polri. Warga yang sebelumnya menunggu pengumuman penting itu di warkop Horas Kopi Gayo, tiba-tiba berhamburan keluar.

Salah seorang pengopi yang berlari ke arah mobil pengobral bongkahan batu akik itu adalah Jon Temasmiko (56). Lelaki ini dikenal sebagai salah satu kolektor batu akik di Aceh Tengah. Ditanya tentang kemungkinan jatuhnya harga batu akik seperti perbincangan di Kompasiana TV beberapa waktu lalu, Jon mengaku tidak khawatir.

“Saya nggak menjualnya, saya suka mengumpulkan batu akik lokal, terutama yang warnanya unik,” pungkas Jon sambil menjinjing bungkusan berisi 4 bongkahan bakal batu akik jenis lavender.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun