Game is over. Semua spekulasi tentang siapa yang didukung PDI-P dalam Pilkada DKI Jakarta, Selasa malam (20/9/2016), semuanya terjawab setelah Pengurus DPP PDI-P mendukung Ahok alias Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat sebagai cagub/cawagub DKI Jakarta.
Dukungan itu bukan tanpa alasan. Seperti dikatakan Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto yang disiarkan live oleh sejumlah stasion televisi, setelah melalui tahapan yang prosesnya bisa dipertanggungjawabkan, PDI-P mengumumkan calon kepala daerah di 101 daerah yang mengadakan pilkada serentak.
Dari semua pasangan calon kepala daerah yang akan “bertarung” dalam Pilkada 2017, “pertarungan” paling seru ada di Pilkada DKI Jakarta. Selain proses suksesi ini sebagai barometer politik nasional, juga diperkirakan akan menjadi “laga derby” dua orang anak Belitong Timur.
Itupun sekiranya koalisi kekeluargaan (kabarnya malam ini mengadakan rapat mendadak) sepakat mengusung Yusril Ihza Mahendra sebagai calon Gubernur DKI Jakarta.
“Laga derby” Belitong Timur vs Belitong Timur ini pasti akan menjadi perhatian publik di tanah air. Kenapa? Masih ingat Pilkada Bupati Belitong Timur Tahun 2015? Dalam suksesi ini, keluarga Ahok berlaga dengan keluarga Yusril. Dari keluarga Ahok tampil adiknya yaitu Basuri Tjahaja Purnama (petahana), sedangkan dari keluarga Yusril tampil kakaknya Yuslih Ihza Mahendra.
Hasilnya, pasangan Yuslih Ihza Mahendra-Burhanuddin meraih 32.015 suara sah atau 51,28 persen, sedangkan pasangan Basuri Tjahaja Purnama-Fezzy Uktoloseja hanya mampu meraup 19.698 suara.
Sekarang, (kemungkinan) medan laga dua keluarga asal Belitong Timur itu akan beralih ke Jakarta. Ahok alias Basuki Tjahaja Purnama yang berpasangan dengan Djarot Saiful Hidayat akan berhadapan dengan Yusril Ihza Mahendra (belum dipastikan siapa pasangannya). Mungkinkah “laga derby” kali ini akan mengulangi sukses keluarga Yusril pada Pilkada Belitong Timur 2015, atau sebaliknya?
Apabila menilik hasil survey elektabilitas, Ahok lebih unggul dibandingkan Yusril. Lihat saja hasil survey Cyrus Network April 2016 ketika Ahok dihadapkan dengan Yusril, 60,3% berbanding 26,5% (Kompas.com). Sementara hasil riset Poltracking Indonesia yang dirilis 15 September 2016 membuat simulasi Ahok-Djarot vs Yusril-Sandiaga, hasilnya 44,62% vs 14,86%.
Benarkah hasil Pilkada DKI Jakarta 2017 seperti hasil survey tersebut? Politik itu cair, semua bisa berubah seiring perjalanan waktu. Dan, semua hal bisa terjadi, karena keputusan akhir ada ditangan pemilih, warga Provinsi DKI Jakarta. Tinggal lagi, bagaimana keandalan tim sukses masing-masing paslon untuk meyakinkan calon pemilih secara elegan.
Seberapa hebat isue yang diapungkan untuk meyakinkan para pemilih, terutama wong cilik sebagai kelompok pemilih terbesar di Jakarta. Bagi kami yang berada diluar DKI Jakarta tidak bisa membantu salah satu pasangan itu, paling-paling sekedar mengamati “laga derby” paling menarik dalam sejarah Pilkada di tanah air.
Ada baiknya, mari menyimak profil 2 orang Belitong Timur yang akan “berlaga” di Pilkada DKI Jakarta 2017.