Mohon tunggu...
Syukri Muhammad Syukri
Syukri Muhammad Syukri Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Orang biasa yang ingin memberi hal bermanfaat kepada yang lain.... tinggal di kota kecil Takengon

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Sepeda Tangguh itu Hasil Honorarium Menulis di Kompasiana

12 Maret 2016   14:40 Diperbarui: 12 Maret 2016   14:48 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Kenapa harus ditempel stiker ini?” tanya si bungsu sambil menunjuk ke stiker Kompasiana.

“Itu sebagai tanda bahwa uang pembeli sepeda ini dari Kompasiana. Jangan dicabut ya,” pinta saya.

“Iya,” jawab si bungsu.

Tanpa terasa, usia sepeda biru itu sudah 4 tahun 2 bulan. Kondisinya masih sangat prima, belum pernah rusak apalagi mogok, hanya tuas rem kiri yang pernah patah. Padahal, hampir semua kawasan sudah dijelajahi si bungsu dengan menunggangi si biru. Mulai dari menjelajahi pegunungan disekitar Kota Takengon, menerobos jalan berlumpur, ikut berbagai Fun Bike, sampai mengantarnya ikut les tambahan dan pergi ke sekolah.

Sekilas, sepeda itu terlihat seperti sepeda tua karena dipenuhi lumpur dan debu. Si bungsu jarang menyuci si biru, lebih-lebih sepulang menjelajah kawasan pegunungan. Meskipun seperti sepeda tua, saya belum pernah mendengar bunyi baut yang renggang atau bunyi gesekan besi saat dikayuh oleh si bungsu. Padahal, sepeda itu jarang masuk bengkel, jarang diservis, kecuali masuk bengkel tempel ban karena bannya kempes.

“Sepeda ini kuat kali yah, tahan banting,” kata si bungsu, Sabtu siang [12/03/2016] sepulang bersepeda bersama temannya.

“Pastilah, ini kan sepeda Kompasiana,” kelakar saya.

“Bukan, ini sepeda Wimcycle, Wimcycle sepedaku,” tegas si bungsu.

Si bungsu yang tinggi tubuhnya nyaris 1,60 meter menganggap sepeda itu makin kecil. Dia berharap, sudah saatnya mengganti si biru dengan sepeda baru yang lebih besar. Sekali lagi dia menekankan, kalau nantinya saya membeli sepeda baru, mereknya harus sama dengan sepeda biru itu. “Sepeda merek ini jaminan mutu, Wimcycle sepedaku, tangguh dan tahan banting,” kata si bungsu.

Setelah saya amati dengan seksama, memang sepeda biru yang sering ditunggangi si bungsu tidak sebanding lagi dengan tinggi tubuhnya. Sepeda itu terlihat sangat kecil, lebih-lebih saat mengayuh pedal sepeda, lututnya akan beradu dengan stang. Memang sudah saatnya si bungsu memperoleh sepeda baru, sebuah sepeda tangguh yang tahan banting. Sepeda yang layak menjadi penjelajah berbagai medan. Semoga!

[caption caption="Saat pertama kali si bungsu menunggangi sepeda Wimcycle tahun 2012 [Foto: dokpri]"]

[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun