[caption caption="Koran Dinding: Seorang warga sedang membaca berita pada koran dinding di trotoar Plaza Simpang Lima Semarang (Foto: dokpri)"]
[/caption]Era teknologi informasi dewasa ini sudah cukup maju. Hampir semua hal dapat diperoleh melalui telepon pintar [smartphone]. Salah satunya, keinginan untuk mengetahui informasi terkini. Orang bisa memanfaatkan berbagai fitur dari gadget-nya. Wajar jika banyak yang memprediksi bahwa era koran berbahan kertas akan segera berakhir.
Benarkah? Lihat saja beberapa media besar di Tanah Air sudah bersiap-siap menghadapi datangnya era itu. Para pengelola media itu mulai mempersiapkan e-paper dan media online. Sebenarnya itu langkah antisipatif, sedia payung sebelum datang hujan. Hanya saja, untuk membaca e-paper setiap pagi, kita harus membayar sejumlah uang untuk biaya berlangganan. Sedangkan untuk informasi gratis, kita bisa membaca dari media online yang ulasannya relatif terbatas.
Faktanya, tidak semua orang familier dengan teknologi informasi ataupun smartphone. Bahkan masih banyak warga yang belum mengantongi handphone, apalagi gadget berbasis android. Bagaimana mungkin mereka bisa menjangkau informasi terkini melalui fasilitas internet? Satu-satunya sumber informasi yang bisa mereka peroleh hanya melalui media cetak.
Suara Merdeka, salah satu media cetak yang terbit di Semarang Jawa Tengah, memahami fenomena ini. Mereka menyadari, belum semua warga dapat dijangkau oleh media online. Masih banyak kalangan grass root yang awam dengan internet. Apapun ceritanya, kalangan grass root ini wajib diberikan informasi. Makanya media terbesar di Jawa Tengah ini menyediakan koran dinding, media cetak yang ditempel pada sebuah dinding [papan informasi]. Siapa pun yang melalui jalur itu bebas membaca informasi hari ini yang disajikan oleh media cetak itu.
Tadi pagi, Sabtu [27/2/2016], saya melangkah gontai menikmati trotoar Plaza Simpang Lima Semarang. Tanpa sengaja, mata saya bertumpu pada sejumlah orang yang sedang berkerumun di depan papan informasi. Saya pun ikut merapat ke arah papan informasi itu. Rupanya mereka sedang membaca berita dari media cetak Suara Merdeka terbitan hari ini. “Ternyata koran dinding masih ada di kota ini,” bisik hati saya.
Mereka yang mampir ke papan informasi itu berasal dari berbagai kalangan, ada tukang becak, pedagang asongan, remaja sampai beberapa orang berpakaian parlente. Seorang tukang becak yang mangkal tidak jauh dari papan informasi itu membenarkan bahwa orang-orang sering mendatangi papan informasi itu, lebih-lebih di pagi hari, saat koran itu baru ditempel.
Ini menarik untuk ditulis. Saya teringat masa-masa di SMA, sekitar tahun 1980-an, membaca koran dinding hasil ulasan teman-teman sekelas. Begitu sampai ke sekolah, para siswa mengerubuti papan informasi untuk membaca ulasan koran sekolah. Meskipun ulasan itu ditulis dengan perbendaharaan kata yang sangat terbatas, tetapi pada saat itu sudah memadai untuk memenuhi kebutuhan informasi.
Pastinya, koran dinding itu penting. Di samping untuk memenuhi kebutuhan informasi warga, juga sebagai upaya mendorong minat baca, terutama bagi mereka yang belum familier dengan gadget. Mudah-mudahan kota lain di Indonesia akan mengikuti jejak kota Semarang, menyediakan koran dinding di setiap fasilitas umum.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H