[caption id="attachment_305814" align="aligncenter" width="576" caption="Tanaman cabe yang ditutup dengan limbah kemasan minuman di Kecamatan Rusip Antara, Aceh Tengah (Foto: Abdurrahman Ramli)"][/caption] Soal kreativitas, orang Indonesia tidak kalah dengan bangsa lain. Plastik limbah kemasan minuman bisa digunakan untuk menangkal hama tanaman. Seringkali, gagasan semacam itu tidak pernah diketahui publik. Seharusnya, gagasan itu sangat berguna bagi petani lain di seluruh penjuru tanah air. Sayangnya, kreativitas positif yang digagas seorang petani kecil dari kawasan paling terpencil itu jarang diekspose oleh media mainstream. Beruntung, jurnalisme warga dewasa ini berkembang pesat seiring dengan makin luasnya jangkauan teknologi informasi. Daerah terpencil yang dahulu masuk kawasan blankspot (tanpa sinyal telepon), kini terlayani jaringan telepon seluler. Seketika peristiwa di kawasan itu dapat diketahui informasinya. Seperti ide kreatif dari M. Yusuf (53), seorang petani kecil dari Kecamatan Rusip Antara (60 Km dari Takengon, ibukota Kabupaten Aceh Tengah), langsung dapat dilihat hasilnya melalui media jejaring sosial Facebook. Tersebutlah Abdurrahman Ramli, Kepala Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Rusip Antara Aceh Tengah, Rabu lalu (8/1/2014) mengupload foto M. Yusuf ditengah tanaman cabe yang ditutupi dengan plastik kemasan minuman (aqua gelas). Menurut Pak Rahman, begitu panggilan Kepala BPP Rusip Antara itu, untuk menyelamatkan tanaman dari serangan hama, penyakit dan cuaca ekstrem dapat digunakan limbah kemasan minuman aqua gelas. [caption id="attachment_305818" align="alignright" width="300" caption="Abdurrahman Ramli sedang mengamati perkembangan tanaman cabe yang menggunakan plastik limbah minuman kemasan (foto: Abdurrahman Ramli)"]
[/caption] Dengan metode itu, tambah Pak Rahman, tanaman cabe dapat dibudidayakan tanpa memerlukan media atau bedeng persemaian. Caranya, biji cabe tadi langsung dimasukkan kedalam lubang tanam pada lahan yang sudah dilakukan pembedengan. Kemudian, lubang yang sudah berisi biji cabe itu ditutup dengan plastik kemasan minuman itu. “Ringkas, tahan cuaca, bebas insektisida, limbah plastik dapat dimanfaatkan, itulah kreativitas dari Pak Yusuf, seorang petani dari kawasan terpencil, Rusip Antara,” ungkap Pak Rahman. Menyangkut dengan awal mula timbulnya gagasan itu, M. Yusuf yang mengolah lahan di pinggir jalan Angkup-Pameu itu sering melihat rumput yang tertutup plastik transparan lebih tangguh. Menurutnya, tanaman yang berada dibawah plastik itu lebih tahan cuaca, baik hujan maupun panas. Berdasarkan pengamatan itu, M. Yusuf mencoba memanfaatkan limbah kemasan minuman sebagai naungan tanaman cabenya. Hasilnya cukup memuaskan, meskipun masih menghadapi beberapa kendala teknis. Para penyuluh dari BPP Rusip Antara sangat bersemangat dalam mendukung penemuan dari M. Yusuf itu. Hasil diskusi dengan sejumlah petani yang mengikuti metode bertanam cabe ala M. Yusuf, para penyuluh menyarankan agar dasar dari plastik kemasan minuman dibuat ventilasinya, serta diperjelas batas waktu penggunaan kemasan aqua gelas itu. “Begitu tajuk sudah menyentuh dasar aqua gelas itu, sudah bisa dipindahkan,” jelas Pak Rahman, Kepala BPP Rusip Antara. Selama ini, para petani cabe di Aceh Tengah banyak mengeluhkan tentang hama yang menghancurkan bibit cabe di bedeng persemaian. Biasanya, ketika kecambah bibit cabe muncul dari permukaan tanah, langsung diserang oleh hama seperti lalat dan ulat. Ditingkat pembibitan saja para petani sudah gagal, belum lagi saat tanaman cabe tumbuh membesar. Kejadian seperti inilah yang membuat para petani putus asa. “Saya sudah kapok membibitkan tanaman cabe keriting, dua kali gagal karena tanaman dibedeng persemaian habis dimakan ulat,” ungkap Yasir, petani muda dari Paya Tumpi. [caption id="attachment_305816" align="alignright" width="300" caption="Dibawas limbah minuman kemasan itu, kecambah tanaman cabe aman dari hama dan cuaca ekstrem (Foto: Abdurrahman Ramli)"]
[/caption] Ketika diceritakan metode yang digunakan M. Yusuf dari Kecamatan Rusip Antara, Yasir kelihatan sangat tertarik. Menurut Yasir, metode yang digunakan M. Yusuf itu sangat masuk akal dan peluang sukses bertanam cabe sangat besar. “Itu menarik, biji cabe tidak dibawa semut, setelah tumbuh kecambahnya tidak diserang ulat, yang pasti tanaman itu terlindung dari hujan dan panas diwaktu usianya masih muda,” pungkas anak muda yang nyambi kuliah di Fakultas Pertanian Universitas Gajah Putih itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Nature Selengkapnya