[caption id="attachment_313812" align="aligncenter" width="472" caption="Embun berbentuk salju turun menimpa tanaman kopi arabika di Kampung Kala Wih Ilang menyebabkan daunnya seperti terbakar (Foto: Disbunhut Aceh Tengah)"][/caption]
Anomali cuaca yang melanda wilayah Aceh Tengah berdampak kepada perubahan suhu udara yang sangat ekstrem. Disiang hari, suhu udara mencapai angka 31 derajat Celcius, sebaliknya sore dan malam hari suhu udara turun sampai titik 12 derajat Celcius.
Beberapa lokasi yang berada pada ketinggian diatas 1.400 meter dari permukaan laut (mdpl) sebagaimana diungkapkan para petani, telah turun butiran embun berbentuk salju di malam hari. Dampaknya, hampir seluas 10 hektar tanaman kopi arabika dibeberapa tempat di kawasan Kala Wih Ilang Kecamatan Pegasing, ditandai dengan "terbakarnya" daun kopi akibat terkena frost (butiran embun berbentuk salju).
Peristiwa langka itu dibenarkan oleh Ir Sulwan Amri, Kabid Produksi Disbunhut Aceh Tengah, Senin (24/2/2014) di Takengon. Menurutnya, frost atau butiran embun itu memang menyebabkan daun kopi kering, seperti terbakar. Embun atau semacam salju itu melekat di daun kopi, lalu membeku. Kemudian, air yang membeku itu juga membekukan sel tanaman. Akibatnya, dinding sel tanaman pecah dan daun-daun muda mati, terus kering seperti terbakar.
Sebenarnya, tambah Sulwan, frost bukanlah peristiwa baru. Beberapa tahun lalu, frost pernah terjadi di kawasan Aceh Tengah dan Bener Meriah saat suhu udara turun ke titik terendah. Itu sebenarnya peristiwa biasa jika suhu turun ke titik terendah. "Jadi tidak perlu dikhawatirkan," tambahnya.
Sulwan mengingatkan, kawasan yang rawan terserang frost adalah ladang yang berada pada ketinggian diatas 1.400 mdpl. Frost menyerang tanaman kopi arabika yang tidak memiliki pohon penaung, terutama yang berada di lembah-lembah. Pasalnya, hembusan angin tidak mampu menjangkau lembah-lembah itu sehingga butiran air dingin tersebut tetap menempel dilembaran daun. “Air itulah yang membeku saat suhu udara turun drastis dimalam hari,” jelasnya.
[caption id="attachment_313814" align="alignright" width="300" caption="Petani kopi Aceh Tengah ditengah ladang kopinya yang terserang frost (Foto: Disbunhut Aceh Tengah)"]
Untuk mencegah agar tanaman kopi yang lain tidak terkena frost, Sulwan dan team Disbunhut Aceh Tengah sudah meninjau lokasi kejadian. Mereka menginstruksikan agar para petani yang ladangnya terletak di lembah-lembah, secepatnya membuat perapian di malam hari. Supaya perapian itu tidak menjalar dan menghanguskan ladang petani, sebaiknya dibuat lubang (galian) sebagai tempat menyalakan perapian.
Apa manfaat perapian itu? Udara hangat yang ditimbulkan oleh perapian tersebut dapat mengurangi kemungkinan membekunya butiran air yang menempel di daun kopi. Sebab, air beku dipermukaan daun itulah sebagai penyebab utama pecahnya dinding sel daun kopi. “Batang kopinya tidak mati, hanya daunnya yang kering, nanti akan tumbuh tunas-tunas baru,” kata Sulwan.
Tersiarnya berita frost yang terjadi di Kampung Kala Wih Ilang Kecamatan Pegasing Aceh Tengah memang merisaukan para petani lain di Aceh Tengah. Mereka khawatir, "terbakarnya" daun kopi akibat frost akan menjalar ke ladang mereka.
Soalnya, jika daun kopi terserang frost dan kering, maka secara otomatis buah kopi yang terdapat pada pohon itu akan ikut mati. “Bagaimana tidak takut terhadap dampak frost, sekarang harga kopi sedang membaik, buahnya pun lagi banyak,” ungkap Budiman, petani kopi dari Kecamatan Bies.