Mohon tunggu...
Syukri Muhammad Syukri
Syukri Muhammad Syukri Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Orang biasa yang ingin memberi hal bermanfaat kepada yang lain.... tinggal di kota kecil Takengon

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Budaya Unung-unung Menginspirasi Semangat Bisnis

30 September 2014   05:08 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:59 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1412003223666320387

Mencermati lambatnya memanfaatkan potensi kopi arabika Gayo sebagai salah satu peluang bisnis, saya mendorong rekan-rekan muda untuk terjun dalam usaha cafe. Pasalnya, bahan baku roasted coffee sudah tersedia dan melimpah di pabrik Bergendaal Koffie. Saya menulis sejumlah status di Facebook terkait dengan nikmatnya rasa kopi jika diseduh dengan espresso machine. Disusul sejumlah artikel tentang kopi yang diposting melalui blog Kompasiana yang ditautkan ke Facebook.

Kemudian, beberapa pemilik warung kopi yang terdapat di Kota Takengon, sengaja saya temui sambil mendorong agar mereka beralih menggunakan espresso machine dan bahan bakunya kopi arabika Gayo. Apa kata mereka? Payah, tidak ada modal, lebih enak kopi saring/kopi tubruk, tidak paham teknologi, dan puluhan alasan lainnya.

Lalu mereka balik bertanya, kenapa bukan saya saja yang buka cafe? “Saya hanya menginspirasi usahawan muda di daerah ini,” jawab saya. Waktu itu, saya hampir frustrasi ketika banyak orang enggan memanfaatkan kopi arabika Gayo yang melimpah di daerah itu.

Gambar espresso machine dan status yang saya upload di Facebook, ternyata menarik minat seorang jurnalis bernama Win Ruhdi Bathin. Tiba-tiba dia datang ke ruang kerja saya meminta alamat perusahaan tempat penjualan espresso machine itu. Saya tanya, “kamu serius?” Dia menjawab “sangat serius, sapi dan mobil akan saya jual untuk membeli mesin itu.” Dan, Win Ruhdi Bathin benar-benar mewujudkannya, dia menjadi pioner dalam memulai usaha cafe di Takengon.

Dia mulai membuka usaha penyajian kopi arabika Gayo yang diseduh dengan espresso machine di sebuah pojok Kantin Batas Kota, kawasan Paya Tumpi, Takengon. Usahanya berkembang pesat. Para pencinta kopi datang silih berganti ke kantin itu. “Modal membeli mesin ini sudah kembali pak,” bisiknya setahun lalu.

Saya makin terharu ketika usaha sejenis bermunculan di sejumlah tempat di kota Takengon. “Alhamdulillah,” bisik saya dalam hati. Pada kesempatan itu, saya juga mengucapkan terima kasih kepada Win Ruhdi Bathin yang telah berani menjadi pioner. Dan, upaya saya menginspirasi dia telah berhasil.

Sekarang, hampir disetiap tempat ditemukan usaha cafe plus roaster coffee (penyangrai kopi). Kalaupun tidak diakui, saya yakin bahwa terobosan yang dilakukan Win Ruhdi Bathin telah menginspirasi anak muda yang lain untuk membuka cafe. Kejadiannya persis seperti bisnis doorsmer. Itulah dua contoh positif budaya “unung-unung” dalam menginspirasi semangat dagang para pemuda di Tanoh Gayo ini.

Bagaimana kalau limbah kulit tanduk kopi yang menumpuk di pabrik penggilingan kopi, tiba-tiba diolah orang menjadi particle board atau papan partikel. Mungkinkah? Tentu, karena hal ini sudah diujicoba dan berhasil mencetak papan partikel ukuran 40 x 40 cm. Jika orang dari luar daerah yang memulainya maka yang lain akan diposisikan sebagai buruh. Lantas, siapa yang bersedia menjadi pioner untuk memulai mengolah limbah kopi itu menjadi uang?

Saya sepakat dengan tawaran Yusra Habib Abdul Ghani yang mengajak kita untuk bersaing melawan kemajuan peradaban bangsa lain. Hanya saja, seperti disebutkan oleh Hadimulyo bahwa kita masih dibelenggu oleh rasa “kikuk” atau istilah gaulnya “salah tingkah.” Belenggu itu dipercaya dapat menurunkan rasa percaya diri alias minder.

Padahal, kualitas intelektual anak-anak Gayo tidak kalah dengan orang lain. Oleh karena itu, kita hendaknya jangan terpaku akibat kelamaan menatap Gayo. Sudahi menatap, sekarang bangkit dan dimulai dengan kerja nyata. Bangkitkan rasa percaya diri, dan tataplah Gayo dengan kerja nyata. Saya hanya bisa menginspirasi anda!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun