[caption id="attachment_359729" align="aligncenter" width="560" caption="Arena pacuan kuda sekaligus sebagai pasar lelang kuda di Dataran Tinggi Gayo, Aceh Tengah."][/caption]
Setiap daerah di tanah air memiliki even unik yang dijadikan sebagai hiburan rakyat. Seperti di Madura, hiburan rakyat disajikan melalui Karapan Sapi, di Jawa dikenal dengan pertunjukan wayang, dan di Dataran Tinggi Gayo memanfaatkan pacuan kuda sebagai hiburan rakyat.
Sebagai hiburan rakyat yang sudah berlangsung sejak abad ke-18, even tahunan pacuan kuda sangat ditunggu-tunggu oleh warga Dataran Tinggi Gayo. Kenapa? Selain untuk menyaksikan kehebatan kuda ternakannya, momen ini dimanfaatkan untuk berbelanja barang murah di pasar rakyat yang ada di arena itu.
Disamping pasar rakyat, arena pacuan kuda yang terletak di Lapangan Blang Bebangka, Pegasing, Aceh Tengah itu, sering dijadikan sebagai pusat transaksi kuda pacu. Makanya, saat pacuan kuda yang diselenggarakan pada medio Agustus, para peternak mendaftarkan hampir seluruh kudanya.
Mumpung tidak dipungut uang pendaftaran, inilah kesempatan para peternak kuda berpartisipasi dalam pacuan kuda itu. Lomba pacuan kuda tahunan itu, selain sebagai upaya meraih tropi juara, juga semacam promosi kehebatan seekor kuda. Sebab, harga seekor kuda sangat tergantung kepada speed dan performance-nya di line pacuan.
Kuda-kuda yang berhasil menjuarai pacuan di arena itu layaknya para pesohor, dibicarakan dan dikerubuti para penggemarnya. Mereka berbondong-bondong mendatangi istal si kuda juara. Disana, si penggemar mengelus dan mengamati semua lekuk-lekuk tubuh si kuda juara. Saat itulah tawar menawar terjadi melalui sisu (bahasa Gayo) atau bisik-bisik.
[caption id="attachment_359731" align="aligncenter" width="300" caption="Menyikat kuda bentuk perawatan seekor kuda. Kuda yang terawat, kunci tingginya harga seekor kuda."]
Kenapa? Supaya proses transaksi kuda tidak didengar oleh penggemar kuda yang lain. Apabila transaksi itu terang-terangan, maka calon pembeli yang lain menawar dengan harga lebih tinggi. Makin banyak penawar, harga kuda juara itu akan terkatrol. Siapa penawar tertinggi, dia yang berhak membeli. Transaksi ini mirip pasar lelang kuda tidak resmi.
Lebih unik lagi, gagal memperoleh kuda juara berharga puluhan juta rupiah, si penggemar kuda pacu bersedia membayar panjar untuk anak kuda yang belum lahir. Inilah berkah bagi pemilik kuda disamping hadiah dan tropi yang diperolehnya dari arena pacuan kuda.
Hal itu dibenarkan oleh Drh Rahmandi, Kadis Peternakan Aceh Tengah, Selasa (16/12/2014) di Takengon. Sebab, sifat anak kuda lebih dominan mengikuti sifat induknya, sedangkan bentuk tubuhnya mengikuti sifat kuda pejantan. Makanya, sebagian besar kuda Gayo yang ikut pacuan berjenis kelamin betina.
Menyangkut dengan isu anak kuda belum lahir sudah dibayar panjar, itu bukan kabar angin, kata Rahmandi. Barangkali uang mereka tidak cukup untuk membeli induk, maka mereka memilih anaknya. Untuk seekor anak kuda usia 2 tahun, harganya diatas Rp 30 juta. Pembeli berasal dari berbagai daerah, ada dari Banda Aceh, Tamiang, Dolok Sanggul, Gayo Lues dan Bener Meriah. Biasanya mereka langsung membayar dengan uang cash di arena pacuan kuda itu.
“Penggunaan uang cash untuk mengantisipasi tawaran yang lebih tinggi dari penggemar kuda yang lain, karenanya arena pacuan kuda di Dataran Tinggi Gayo persis seperti pasar lelang kuda,” pungkas Rahmandi.
[caption id="attachment_359732" align="aligncenter" width="576" caption="Atraksi seekor kuda pacu di arena pacuan kuda Blang Bebangka, Takengon (Foto: Edy Saputra)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H