[caption id="attachment_361827" align="aligncenter" width="448" caption="Pak Jusuf Kalla mengunjungi stand pameran negara donor dan NGO yang membantu tsunami Aceh di Lapangan Blang Padang Banda Aceh, 26 Desember 2014."][/caption]
Perlu menjadi bahan renungan semua, saat Aceh dilanda musibah Tsunami 10 tahun lalu, anak-anak TK, SD, SMP, SMA dari seluruh penjuru dunia ikut menyumbang celengannya untuk meringankan beban korban tsunami di Aceh. Oleh karena itu, apabila terjadi bencana di ujung dunia manapun, kita harus ikut membantu.
Demikian disampaikan Wakil Presiden M. Jusuf Kalla dalam acara 10th AcehTsunami Commemoration, Jumat (26/12/2014) di Lapangan Blang Padang Banda Aceh.Acara renungan 10 tahun tsunami itu dihadiri ribuah orang, baik dari dalam negeri maupun perwakilan negara-negara sahabat dan NGO yang ikut berperan serta dalam membangun Aceh pasca tsunami.
Pada kesempatan itu, Jusuf Kalla mengajak seluruh hadirin untuk mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantuAceh.Terima kasih kepada Amerika Serikat yang telah membangun infrastruktur jalan, negara-negara timur tengah yang telah membangun masjid, Jerman yang telah membangun rumah sakit dan prasarana kesehatan, juga negara-negara lain yang telah berperanserta.
Bencana tsunami waktu itu adalah bencana terbesar dalam sejarah karena merenggut hampir 200 ribu nyawa sekaligus, dan merusak seluruh infrastruktur. Secara teknis, untuk membangun Aceh yang rusak parah diperkirakan membutuhkan waktu paling cepat 20 tahun.
Namun, dengan kebersamaan semua pihak maka dalam waktu sepuluh tahun wajah Aceh menjadi lebih baik dibandingkan sebelum terjadinya tsunami. Tidak mungkin Pemerintah dapat melakukan sendiri penanganan bencana tsunami Aceh secara cepat, tanpa bantuan internasional.
Terkait dengan peran serta internasional, Jusuf Kalla mengenang sebuah pertemuan internasional di Jakarta untuk membantu penanganan tsunami. Dalam tempo satu jam, terkumpul dana bantuan internasional sebesar Rp. 60 trilyun.
“Segala sesuatu yang berat dapat diselesaikan dengan kebersamaan. Persatuan ternyata lebih hebat pada saat kita kesulitan daripada saat kita senang,” tegas Ketua PMI itu.
Menghadapi masa sulit 10 tahun lalu, kenang Jusuf Kalla, perselisihan dan perseteruan harus dilupakan. Makanya kita upayakan segera damaiuntuk membangun Aceh kembali.
“Ternyata semua dapat diselesaikan dengan persatuan, dan masa depan Aceh menjadi lebih baik dengan persatuan,” jelas Kalla.
Renungan 10 tahun tsunami Aceh dimulai pukul 09.00 WIB dengan acara lagu Indonesia Raya, kemudian pembacaan ayat suci Al Quran dan shalawat badar, dilanjutkan dengan menonton film kilas balik gempa dan tsunami, sambutan Gubernur Aceh, sambutan Mr Shuya Takahashi mewakili negara donor, dan terakhir sambutan Wapres Jusuf Kalla.
Selesai acara itu, Wapres mengunjungi stand pameran negara donor dan NGO yang pernah membantu penanganan tsunami Aceh.Malam ini pukul 20.30 WIB, akan dilanjutkan dengan acara Aceh Cultural Night di lapangan Blang Padang, Banda Aceh.
[caption id="attachment_361829" align="aligncenter" width="288" caption="Masjid Baiturrahim Ulee Lheue Banda Aceh, satu-satunya bangunan di Ulee Lheue yang tidak hancur saat tsunami menerjang kawasan itu."]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H