Pekan Kebudayaan Nasional kembali digelar. Acara yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) ini merupakan acara tahunan yang telah dimulai sejak tahun 2019. Acara ini memberikan ruang untuk apresiasi, ekspresi serta kreasi seni budaya. Ruang tamu Pekan Kebudayaan Nasional tersebar di seluruh jabodetabek yang berjumlah empat puluh. Titik ruang tamu utama ada empat yakni di Galeri Nasional Indonesia, Museum Kebangkitan Nasional, PT. Produksi Film Negara (Persero), dan MBloc Space.
Salah satu tempat yang menjadi ruang tamu penyelenggara PKN ini adalah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Bersama Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menggelar acara ini di Lobi Timur (Lotim) gedung Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) lantai 1.
Dengan mengusung tema "Merawat Bumi, Merawat Kebudayaan, Kebudayaan Milik Semua", Penyelenggaraan acara ini juga mengangkat karya sastrawan Indonesia Danarto melalui Pojok Baca Danarto.
Biografi Danarto
Danarto merupakan sastrawan yang lahir pada tanggal 27 Juni 1940 di Kabupaten Sragen. Danarto menempuh pendidikan tinggi di Akademi Seni Rupa Indonesia yang berada di Kota Yogyakarta. Selama kuliah, Danarto aktif dalam Sanggar Bambu.
Sejak tahun 1973, Danarto menjadi dosen di Institut Kesenian Jakarta. Pada tahun yang sama juga Danarto mengadakan pameran Kanvas Kosong. Danarto kemudian bergabung dengan Teater Sardono pada tahun 1974.
Lalu pada tahun 1976, Danarto mengikuti Iowa Internasional Writing Program di Universitas Iowa, Iowa, Amerika Serikat. Pada tahun 1978, Danarto mengadakan pameran puisi konkret. Danarto juga mengadakan pameran di beberapa kota dan menjadi penata artistik dalam pentas Oedipus yang disutradarai Rendra. Kemudian pada tahun 1979, ia mulai bekerja untuk majalah Zaman hingga tahun 1985. Selama bekerja, ia sempat menghadiri Festival Penyair Internasional di Rotterdam, Belanda.
Karya-karya yang dihasilkan banyak sekali, di antaranya adalah Puisi Kotak Sembilan. Puisi tersebut tidak memiliki kata sama sekali dan hanya berisi sembilan kotak yang kosong. Lalu ada Godlob, cerita pendek yang dibuat Danarto dengan tidak mengikuti kaidah penulisan karya sastra.
Karya-karya lain yang dihasilkannya adalah Obrok Owok-owok, Ebrek Ewek-ewek, (drama, 1976); Bel Geduweh Beh, (drama, 1976); Adam Ma'rifat, (kumpulan cerpen, 1982); Orang Jawa Naik Haji, (catatan perjalanan ibadah haji, 1983); Berhala: Kumpulan Cerita Pendek (1987); Setangkai Melati di Sayap Jibril, (kumpulan cerpen, 2000); Kacapiring, (2008).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H