Mohon tunggu...
Muhammad Surya Bhaskara
Muhammad Surya Bhaskara Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pertahanan

Saya adalah masyarakat yang hidup di perbatasan negara Indonesia yang memiliki impian dan harapan yang tinggi untuk kemajuan. Saya pernah bersekolah 3 S ( SD, SMP, SMA ) di Natuna lalu melanjutkan kuliah di perguruan tinggi tercintaa Institut Pemerintahan dalam Negeri ( IPDN ), kemudian tidak lama melanjutkan ke jenjang Magister Pertahanan prodi Peace and Conflict Resolution di Unhan RI. Tulisan saya ini sebagai bentuk penyaluran pemikiran saya dan tentunya sebagai sarana belajar saya dalam menulis.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menjadi Diri Sendiri, Gak Minder dan Percaya Diri

6 April 2024   12:52 Diperbarui: 6 April 2024   12:56 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cara Menjadi Diri Sendiri, Gak Minder dan Percaya Diri

Di pinggiran kota, hiduplah seorang remaja bernama Riko, yang berasal dari keluarga yang tidak mampu. Untuk diterima di lingkungan barunya, Riko berpura-pura sebagai anak dari keluarga berada. Ia berusaha menyesuaikan gaya berpakaiannya dan cara berbicaranya agar sesuai dengan citra yang ingin ia tunjukkan. Namun, kebohongan Riko tidak bertahan lama, dan ketika teman-temannya mengetahui kebenarannya, ia merasa terhina dan memutuskan untuk meninggalkan sekolah.

Kisah Riko merupakan cermin dari apa yang terjadi di kalangan remaja saat ini. Banyak remaja merasa rendah diri karena tidak memiliki apa yang dimiliki oleh orang lain, baik itu dari segi fisik, prestasi, maupun kepribadian. Survei online kami terhadap remaja di daerah tersebut menunjukkan bahwa mereka cenderung ingin diterima dan dihargai oleh lingkungannya, namun sering kali hal itu membuat mereka melupakan untuk mengenali dan mengembangkan potensi diri mereka sendiri. Mereka terjebak dalam usaha menyesuaikan diri dengan standar-standar yang ditetapkan oleh lingkungan atau media sosial.

Namun, ada beberapa hal yang perlu direnungkan:
1. Keunikan Individu: Setiap individu memiliki keunikan tersendiri. Tidak ada standar universal yang dapat diterapkan pada semua orang. Setiap orang harus dapat menetapkan standar mereka sendiri.
2. Pengaruh Eksternal: Standar-standar yang ada seringkali dibentuk oleh media, iklan, atau pengaruh budaya populer. Orang yang tidak dapat menetapkan standar untuk diri sendiri menjadi target empuk bagi pencipta standar tersebut, dan akhirnya menjadi korban dari pengaruh-pengaruh eksternal.
3. Relativitas Standar: Standar kecantikan atau kesuksesan itu bersifat relatif dan dapat berubah-ubah tergantung pada konteks budaya dan zaman. sebuah negara di Mauritania di Afrika Utara Barat misalnya, orang yang cantik adalah orang yang berbadan subur di Jepang  dianggap cantik itu yang giginya gingsul, beda waktu bisa juga bisa beda standarnya coba perhatikan fashion dari masa ke masa apakah standar trend itu sama misalkan saja tahun 80-an pria yang dianggap ganteng itu berkumis tebal apakah saat ini masih berlaku?.

Daripada terjebak dalam mengejar standar yang tidak realistis, lebih baik fokus pada pengembangan keaslian diri. Tidak perlu merasa rendah diri atau minder karena berbeda dengan orang lain, karena setiap orang memiliki keunikan dan potensi masing-masing. Buatlah standar yang realistis dan sesuai dengan diri sendiri. Bandingkan diri Anda dengan diri Anda di masa lalu, dan lihatlah apakah ada perkembangan positif. Teruslah berusaha untuk menjadi versi terbaik dari diri sendiri, bukan versi tiruan dari orang lain. Ingat, keaslian diri adalah aset yang tak ternilai, dan itu adalah hal yang harus dipelihara dan dikembangkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun