Mohon tunggu...
Muhammad Suhaeri
Muhammad Suhaeri Mohon Tunggu... Lainnya - Bekerja dalam bidang manajemen di suatu institusi kesehatan.

Suara dari refleksi diri.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Ragam Cara Menentukan Pilihan Calon Pemimpin Bangsa

24 November 2023   11:29 Diperbarui: 24 November 2023   12:56 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dalam podcast-nya, Hasan Nasbi menyampaikan sebuah cerita tentang perjalanan batin temannya dalam menentukan calon pemimpin negeri ini. Temannya merupakan pendukung Prabowo Subianto pada Pemilihan Tahun 2014 dan 2019. Seiring terjadinya rekonsiliasi antara Jokowi dan Prabowo setelah pemilihan terakhir, dia merasa kecewa dan menarik dukungannya terhadap Prabowo.

Namun dalam perjalanannya, yang bersangkutan mendapatkan kesadaran spiritual sehingga kembali memberikan dukungannya kepada Prabowo untuk menjadi Presiden Republik Indonesia pada Pemilihan 2024. Dia memiliki keyakinan spiritual bahwa Prabowo lah calon ideal untuk meneruskan kepemimpinan negeri ini.

Cerita yang disampaikan tersebut merupakan bentuk aspirasi tiap individu dalam menentukan calon pemimpinnya. Banyak faktor yang dapat membentuk pendapat dan keyakinan masyarakat. Kecakapan calon pemimpin memang dapat dinilai dari berbagai sudut pandang. Sisi spiritualitas juga dapat menjadi sumber inspirasi dalam menentukan foto pasangan calon Presiden dan Wakilnya yang nanti akan dicoblos di bilik suara. Semua itu adalah hal yang lumrah, dapat dipahami, dan merupakan keistimewaan serta kewenangan tiap individu untuk menentukan nasib bangsa kedepan.

Sebagai contoh, Penulis menjatuhkan pilihan kepada Tuan X dalam pemilihan 2014 dan 2019. Pada Pemilihan Tahun 2014, pilihan jatuh kepada Tuan X dengan pertimbangan harapan yang diusung. Harapan dalam bentuk figur pemimpin yang berbeda dari pemimpin terdahulu dan pesaingnya pada saat itu. Pemilu Tahun 2019 juga pilihan dijatuhkan kepada kandidat yang sama dengan pertimbangan serupa. 

Contoh di atas adalah merupakan pengalaman penulis dalam menentukan pilihan calon presiden. Cara penentuan pilihan tersebut didasarkan pada analisis nalar dan logika yang dimiliki penulis pada saat pemilihan dilaksanakan. Dari kontemplasi nalar dan logika tersebut, pilihan dibulatkan dan dimantapkan dengan ketukan hati nurani. Dengan dasar tersebut lah pilihan dijatuhkan kepada pasangan calon pemimpin bangsa.

Jika melihat diskusi yang berjalan selama tahun politik ini, pemilih dapat pula menentukan pilihan dengan melihat mayoritas dukungan kepada pasangan calon tertentu. Semakin terlihat dan dipersepsikan bahwa sepasang calon memiliki dukungan yang besar maka semakin besar pula khalayak ramai turut serta menjatuhkan pilihan yang sama. Fenomena seperti ini dikenal dengan istilah Bandwagon Effect.

Dengan memperhatikan contoh-contoh di atas, pada hakikatnya dapat diambil benang merah yang menghubungkan berbagai cara penentuan pilihan. Pemilih dapat menggunakan analisis rekam jejak pencapaian, latar belakang calon pemimpin, kedekatan suku, dan lain sebagainya. Namun diujung jalan untuk meraih kesimpulan, semua pemilih akan menetapkan pasangan yang didukung berdasarkan suara yang keluar dari dalam hati. Pilihan hati yang didasarkan pada nurani dan kearifan masing-masing individu.

Bahwa dengan segala penyampaian visi-misi maupun program kerja, calon yang paling dapat mengetuk hati nurani rakyat lah yang akan mendapatkan suara mayoritas. Cara mengetuk hati ini lah yang tidak dapat dimanipulasi. Calon pemimpin harus dengan sungguh-sungguh menampilkan kesungguhan, kewibawaan, dan ketulusan untuk memajukan negeri ini. Kepura-puraan akan memiliki ruang yang kecil. Sisi personal seperti ini lah yang akan memberikan dampak besar dalam menggaet suara pemilih. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun