Negara di seluruh dunia digegerkan dengan keberadaan virus corona (covid-19). Virus tersebut disinyalir berkembang di kota Wuhan, negara China, awal pertama kalinya. Virus itu kini berimigrasi keberbagai negara. Begitu cepat virus corona menyebar diseluruh penjuru bumi. Lebih dari 200 negara didunia terdampak pandemik ini. Sehingga menyebabkan banyak jatuhnya korban meninggal dunia.
Dari data di bulan april 2020, korban terinfeksi virus corona di dunia mencapai 1.7 juta orang dan lebih dari 100 ribu orang diantaranya meninggal dunia. Begitu pun di negara Indonesia. Update data kasus tertanggal 09 april 2020, jumlah positif virus corona mencapai 3.293 orang, meninggal dunia 280 orang dan pasien sembuh 252 orang. Dengan semakin pesatnya penyebaran virus corona di Indonesia. Maka sepantasnya lah pemerintah mengambil sikap untuk bertindak cepat dan tepat dalam memutus rantai penyebaran virus ini.
Beberapa bulan ini pemerintah indonesia telah berjibaku menghadapi ganasnya virus corona yang konon dapat merenggut nyawa para penderitanya dalam waktu singkat. Pemerintah tidak mau kecolongan dengan membiarkan dan mengorbankan jutaan nyawa rakyat akibat virus corona. Pemerintah punya tanggung jawab untuk melindungi rakyatnya. Berita terbaru yang dilansir di berbagai media adalah bahwa pemerintah akan memberlakukan kebijakan pembatasan sosial bersekala besar (PSBB).
Diberlakukanya kebijakan ini, sudah tentu akan sangat mengganggu sendi-sendi kehidupan dimasyarakat. Baik dari sektor ekonomi, sosial, budaya, trasportasi, perdagangan dan lain sebagainya. Maka yang tidak kalah penting adalah terhambatnya sektor pendidikan.
Di sektor pendidikan, Pemerintah memberlakukan pembelajaran jarak jauh. Artinya, Semua kegiatan pembelajaran aktif tatap muka disekolah dihentikan. Baik pendidikan tingkat anak usia dini hingga pendidikan tingkat perguruan tinggi. Metode pembelajaran dirubah menjadi pembelajaran "daring" berbasis internet.
Dahulu, pembelajaran dalam jaringan (daring) berbasis online masih sebatas wacana dan masih asing ditelinga para pendidik. Namun kini dengan keberadaan virus corona yang sedang berkunjung ke Indonesia. Ternyata membawa perubahan besar dalam budaya belajar mengajar di dunia pendidikan. Para guru dituntut untuk aktif melakukan proses belajar mengajar dengan menggunakan aplikasi berbasis internet. Banyak dari para guru yang stress, mereka kebingungan harus melakukan apa dalam menyuguhkan pembelajaran.
 Pembelajarn jarak jauh berbasis online merupakan hal yang baru di Indonesia. Maka tak ayal, para guru terkesan gagap teknologi dalam menghadapi situasi ini, sudah tentu para peserta didik pun merasakan hal yang sama. Diawal penerapan metode pembelajaran online. Para guru terlihat gelabakan dan terkesan tidak siap. Ada yang hanya menggunakan aplikasi SMS, aplikasi whatsapp, telegram dan via telpon. Hal itu tentu dikarenakan minimnya pelatihan dan bimbingan cara pembelajaran daring berbasis online yang baik dan benar.
Para pendidik pun masih terkesan hanya memberikan tugas pekerjaan rumah yang menumpuk tanpa memberi penjelasan melalui tatap muka berbasis online kepada peserta didik. Akhirnya, para peserta didik merasa terbebani dengan menumpuknya pekerjaan rumah dari sekolah.
Berkaca dari permasalahn diatas, Tanoto Foundation hadir ikut serta untuk membimbing para guru fasilitator daerah (fasda) kab. Paser dalam menerapkan pembelajaran berbasis "daring".
Dalam penerapan pembeajaran tetap menggunkan unsur "MIKIR". Peserta didik digiring secara langsung untuk mengalami, interaksi, komunikasi, dan refleksi dalam proses pembelajaran. Unsur MIKIR merupakan ciri khas pembelajaran yang diusung oleh Tanoto Foundation.
Apa bisa menggunakan unsur MIKIR dalam pembelajaran "daring" ?, Kan tidak bertatap muka langsung? Bagaiman berkomunikasinya? Pertanyaan-pertanyaan itu yang terucap dari para peserta pelatihan. Jawabanya ternyata bisa. Menurut penjelasan bapak Agus Prihantoro yang merupakan pembimbing para fasda kab.paser.