Mohon tunggu...
Muhammad Solihin
Muhammad Solihin Mohon Tunggu... Guru - Seorang pemimpi dan Pengembara kehidupan

Hidup adalah cerita dan akan berakhir dengan cerita pula. muhammad solihin lentera dunia adalah sebutir debu kehidupan yang fakir ilmu dan pengetahuan. menapakin sebuah perjalanan hidup dengan menggoreskan cerita kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Para Guru Mendadak Buta Aksara, Kok Bisa, Ya?

23 April 2020   13:38 Diperbarui: 23 April 2020   13:43 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

Alangkah sempitnya dunia ini, ketika kita hidup dalam kondisi buta aksara. Komunikasi tentu akan mengalami kesulitan. Baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Ruang gerak untuk berinteraksi dengan orang lain pun mengalami kendala, Bisa jadi tidak paham apa yang dikatakan lawan bicara. Atau bahkan tidak mengerti bahasa tulis dan symbol yang terpajang. Demikianlah sekelumit penderitaan orang yang mengalami buta aksara dan bahasa.

Rupanya, orang yang mengalami buta aksara bukan saja hanya dari kalangan masyarakat yang tidak mengenyam pendidikan literasi. Ternyata, para guru pun bisa mengalaminya. Kok Bisa, ya?

Peristiwa itu berlangsung, saat aku dan beberapa rekan guru mendapat kesempatan, bertolak  ke Negeri Matahari  dalam agenda short course pendidikan.  Keberangkatan kami merupakan hadiah sebagai penghargaan para guru teladan yang baru usai memenangkan suatu even perlombaan. Kegiatan short course ini dilaksanakan dengan mengunjungi 5 kota di Negara jepang, antara lain: Tokyo city, Shimane city, Heroshima city Okayama City dan Osaka city.

Sebagai juara nasional, tentunya modal bahasa asing (inggris) kami miliki. Paling tidak kami bisa berbahsa inggris aktif untuk percakapan sehari-hari. Modal tersebutlah yang menjadi kepercayaan diri peserta team short course dalam berkomunikasi kelak dinegeri para samurai itu. Kami berpikir bahwa dengan modal mengusasi bahasa inggris saja sudah cukup.

Setibanya, di bandara internasional Tokyo-Haneda pukul 08.30 pagi (Waktu Negara jepang). Walau, Perjalanan cukup melelahkan dengan tempo waktu 7 jam setelah bertolak dari bandara soekarno hatta. Rasa letih kami pun hilang, saat menapakan kedua kaki untuk pertama kalinya dibandara. Bola mata ini langsung dimanjakan dengan panorama keindahan Negara Jepang. Begitu megahnya bandara internasional itu.

Di bandara Tokyo-Haneda, banyak terpajang poster dan baligo tentang pariwisata negara jepang

Poster dan baleho itu menggunakan dwi bahasa, bahasa inggris dan bahasa jepang. Tentunya, seluruh peserta short course dapat memahami isi pesan dari poster dan baleho itu. Karena masih diselipkan menggunakan bahasa inggris. Hingga akhirnya kami tiba di hotel yang cukup mewah dan terbilang harganya fantastik jika di uangkan kedalam nilai tukar rupiahkan.

Keesokan harinya, agenda kami adalah pertemuan dengan para staff pemerintahan kota Tokyo. Saat pertemuan, Team short course dapat mengikutin serangkaian pembelajaran dengan baik. Kami nampak bersemangat dan sangat antusias. Begitu fokus kami mendengar pemaparan tentang sesuatu hal berkenaan dengan negara yang pernah dijatuhkan bom atom oleh amerika itu.

Pertemuan berlangsung dengan baik, tak lain dan tak bukan karena jasa dua penerjemah dari Negara jepang dan indonesia yang mampu menerjemahkan kedalam bahasa inggris dan Indonesia.  mereka bertugas dengan maksimal dan sepenuh hati dalam membantu menjembatani komunikasi antara peserta short course dan narasumber dari staff pemerintahan pada saat proses pertemuan.

Di hari berikutnya, pengalaman berharga terjadi. Saat pesera short course mendapat pembelajaran dari team ahli pendidikan Jepang dengan materi individual learning, berinteraksi secara langsung ke masyarakat dan lingkungan tanpa didampingi seorang translator. Mendadak dunia seakan berubah, begitulah perasaan yang dialami Peserta short course. Mengapa?

Walau kemampuan bahasa inggris yang dimiliki peserta short course diatas rata-rata. Ternyata, kemampuan bahasa inggris yang dimiliki mereka tidak berfungsi ketika berinteraksi dengan masyarakat Jepang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun