Mohon tunggu...
Muhammad Sobri
Muhammad Sobri Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

berjalan tanpa tujuan, hanya menghindari kesesatan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Biarkan Tuhan yang Menghitungnya

20 Juli 2013   03:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:18 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Lisan berucap Lillaahi ta'ala, namun hati menyangkalnya dengan mengharap pahala dan menginginkan tempat yang indahnya tak mampu terlukiskan dengan kata-kata, surga seperti yang dijanjikan-Nya.

Kabarnya, selama Bulan Puasa amal ibadah akan dilipatgandakan ganjaran pahalanya, berpuluh puluh  kali dari biasanya. Lalu latah memperbanyak amalnya, menambah shalatnya, giat membaca kitab-Nya. Karena apa???

Apa karena karena berlipat ganjarannya? dimana satu huruf bernilai sepuluh kebaikan, meskipun tak paham maknanya? Atau karena sebuah kehormatan di surga, yang kabarnya akan dipanggil lewat sebuah pintu khusus bernama Ar Royan?

Bukankah tadi mengatakan Lillaahi Ta'ala, menjelang fajar sebagai tanda bermulanya puasa, bahkan sesaat sebelum memulai shalat. Apakah aku lupa???
Akhh, tidak juga. Aku sadar dan aku  masih ingat kala lisan mengucapkannya, bahkan hati juga mengatakan yang serupa.

Hati???
Hati yang mana? Mengapa masih menghitung-hitung pahala? lagi-lagi mengharap surga.

Masih ada lagi, kabarnya jika mau bersedekah, maka akan dibalas SEPULUH KALI LIPAT.  Ya, Sepuluh Kali Lipat. Lha, katanya Lillaahi ta'ala???

Dasar manusia,
mengaku ikhlas, rela semata-mata karena Dia, tapi ujung-ujungnya meminta pahala. Dusta!
katanya tanpa pamrih, namun diam-diam mengharap 'terima kasih', bahkan berani menghitung sendiri ganjarannya. Lancang!

Apa yang  kutahu tentang hitungan? Tak lebih dari kuantitas, jumlah, dan takaran.
Bagaimana dengan kualitas? Apakah hati benar-benar Ikhlas? Tidakkah ada riya' bersemayam di sana?
Dan apakah ini luput dari hitungan-Nya?

Mengapa tak kubiarkan saja Dia yang menghitungnya? Bukankah harta ini milik-Nya? Bahkan diri ini juga milikNya?

Hanya celoteh hati sebagai refleksi. Setelah lebih sepuluh hari, masih saja mencari niat yang sejati, mencoba menanamkan Lillaahi Ta'ala.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun