Mohon tunggu...
MUHAMMAD SHOFI
MUHAMMAD SHOFI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seoarang mahasiswa aktif yang asik dan suka nulis artikel

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Mahasiswa UM Teliti Potensi Spons Laut Indonesia untuk Obat CRC

25 Agustus 2024   19:04 Diperbarui: 25 Agustus 2024   19:07 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Spons laut Stylissa carteri | dok pribadi

Kanker merupakan penyakit akibat gangguan proliferasi sel yang menjadi penyebab kematian tertinggi kedua setelah penyakit kardiovaskular. Data epidemiologi menunjukkan sekitar 5.7- 6% dari insidensi kanker disebabkan oleh the silent killer colorectal cancer (CRC) (Sung et al., 2021).

 International Agency for Research on Cancer (IARC) suatu agensi di bawah WHO yang khusus menangani kanker menyebutkan bahwa pada tahun 2020, kanker kolon atau adenokarsinoma kolorektal masuk dalam 3 besar kanker dengan penderita terbanyak di dunia yaitu 1.148.515 penderita dan insidensi 851.867 per tahunnya. 

Tidak jauh beberda, insidensi CRC di Indonesia juga mengalami peningkatan setidaknya 396.914 kasus baru setiap tahunnya. Angka kematian akibat CRC di Indonsia sendiri mencapai 34.511 kasus, hal ini menjadikan CRC masuk dalam empat jenis kanker yang paling berbahaya di Indonesia dengan jumlah penderita terbanyak keempat (Sung et al., 2021). Penyebabnya salah satunya oleh life style yaitu pergeseran pola makan kearah westernisasi yang lebih tinggi lemak dan rendah serat.

Penangan CRC telah banyak ditegakkan namun yang paling umum melalui reseksi bedah, radiofrequency, kemoterapi, dan targeted molecular therapy yang maan terbukti memiliki efikasi dan safety yang rendah. 

Oleh karenanya dalam beberapa tahun terkahir penelitian berbasis pemafaatan natural copound banyak dikembangkan. Namun sayangnya ekpslorasi natural compound dari lautan masih sangat terbatas. Padahal sebagain besar bagain bumi ini berupa lautan.

Penelitian tim mahasiswa UM,  berhasil mengembangkan alternatif pengobatan CRC dari spons laut yang diisolasi dari perairan Indonesia. Spons laut meruapkan makhluk hidup primitive yang belum memiliki fungsi pertahan alami, sehingga sebagai fungsi defensif dan adaptif spons laut akan memproduksi senyawa metabolit. 

"Hasil penelitian kita ternyata spons laut yang berhasil diisolasi (Stylissa carteri) mengandung zat aktif yang mempu berinterasi dengan protein reseptor yang terlibat dalam pensinyalan CRC," kata Ketua Tim Peneliti, Muhammad Shofi Amrilah(Fakultas MIPA , Minggu (28/8).

 

Selain Muhammad Shofi, Cakrawala Research Team beranggotakan Tiga orang lainnya, yakni Dio Rizki (FMIPA), Syalwa Dida (FMIPA), Putri Azzahra (FMIPA), di bawah bimbingan Ajeng Daniarsih, S.Si., M.Si ., Dosen FMIPA UM.

Foto tim: dok pribadi
Foto tim: dok pribadi

Melalui program Kompetitif Inovasi Mahasiswa yang digagas oleh LPPM UM , tim ini menguji kandungan alami pada spons laut Stylissa carteri sebgaai kandidiat antikanker kolon melalui pemodelan in silico. Stylissa carteri  terbukti memiliki kanduangn berbagai senyawa aktif golongan flavonoid dan alkaloid yang amph menghambat aktivasi protein reseptor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun