Mohon tunggu...
Muhammad Shendyka
Muhammad Shendyka Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Aku ingin berkarya dengan yang aku bisa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Nativisme untuk De-islamisasi

16 April 2023   22:30 Diperbarui: 16 April 2023   22:32 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Liberalisasi pada awalnya bermaksud bebas dari batasan bersuara atau perilaku, seperti menggunakan dan memiliki harta, atau lidah yang bebas dan selalu berkaitan pada sikap tak tau malu. Prinsip dasarnya adalah keabsolutan atau kebebasan tak terbatas namun ini menjadi kerancuan jika Islam liberal. sebab prinsip dasar kebebasan Islam adalah ikhtiyar asal kata dari Khair bisa kita bilang baik. Jadi, kebebasan Islam adalah melakukan apa saja selagi itu baik untuk dirinya, agmanya, keluarganya, kerabatnya, lingkungannya, dan negaranya.

Sebebas-bebasnya umat manusia pasti ingin melakukan kebaikan bukan kerusakan apalagi untuk dirinya, maka Islam mengajarkan kebebasan itu melakukan kebaikan dan menjauhi keburukan dan kerusakan.

Transnasional Islam di dalam republik ini sangat di pojokan mengenai ajaranya, cara pandangnya, cara berpikirnya, dan cara bertindaknya. Hal ini menjadi pemicu yang di lakukan elite untuk memanipulatif keadaan dengan menggemborkan Islam radikal atau fundamental, akan tetapi tidak menjadi persoalan genting bagi negara terkait meliberalisasikan Agama dan mensekulerisasikan Agama. Sebab itu negara carut marut disetiap kontestasi hingga memainkan agitasi media dengan mengangkat Islam radikal untuk politik identitasnya.

Akar dari segala ini ialah universalitas Islam yang menjadi makanan bagi pemikir Islam Sayed Muhammad Nauqib al-Attas terkait konflik barat dan Islam. Dahulu ada klaim mengenai agama Kristen sebelum Islam ada, bahwa agama satu-satunya yang memiliki kapasitas dan potensi menjadi agama dunia atau universal adalah Kristen. Namun, Klaim itu sirna ketika Islam muncul Islam terus menyebar ke seantero dunia dan Islam tak perlu menunggu 2000 tahun untuk merealisasikan keuniversalanya.

Analisa prof Nauqib al-Attas cukup menarik untuk kita kaji. Karna hingga saat ini persoalan klaim mengeklaim keuniversalanya masih terjadi antara barat dan juga pradaban Islam. Barat, dengan kekuatan ekonomi, sains, dan tekhnologinya menginginkan agar negara-negara menerima menerapkan nilai worldview. Barat menginginkan semua negara memakai sistem liberal demokrasi dalam sistem politik, ekonomi, dan melegalkan LGBT, dsb. Menariknya satu-satunya agama yang menolak hegemoni barat adalah Islam dan inilah sebabnya kata prof Nauqib al-attas Islam di posisikan oleh barat sebagai lawan atau tantangannya.

Begitulah kebisingan di negri ini bahkan di dalam transnasional Islam selalu di posisikan berhadap-hadapan dengan adat masyarakat yang biasa di sebut 'kearifan lokal'. Budaya hingga kebiasaan yang di bawa oleh Islam selalu di anggap sebagai budaya impor, sementara budaya-budaya yang selalu bertentangan dengan ajaran Islam.

Budaya impor ini selalu di sosialisasikan dan selalu di kumandangkan seperti halnya wanita berjilbab itu di sebut budaya Arab, mengucapkan salam di ganti dengan gaya kekinian sehingga esensi dari salam itu hilang, sebab ada unsur saling sapa dan doa. Usaha ini bisa kita sebut sebagai usaha nativisasi terhadap Islam, dimana budaya-budaya kekinian hari ini di hidupkan di kalangan masyarakat untuk mengucilkan umat Islam dan menjauhkan umat Islam dari ajaranya. Usaha tersebut sebenarnya strategi untuk de-islamisasi.

Perlu kita ketahui dan kita ingat bahwa Islam punya kemampuan beradaptasi yang sangat cepat di lingkungan. Sehingga dimanapun umat Islam ini berpijak Islam mampu berpenetrasi, Islam mampu melebur menjadi bagian budaya tanpa merubah esensi budaya sama sekali dan tidak menciptakan kebisingan yang begitu arogan. Bahkan Islam sanggup merubah substansi budaya yang di masukinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun