"Aku Bukan untuk Si Kaya, Tapi untuk Semua"
Oleh : Muhammad Samin SS
RENCANA keinginan Pemerintah untuk menaikkan GAS Elpiji, menjadi pro dan kontra dilapangan, hampir rata-rata mengatasnamakan masyarakat miskin akan menanggung akibat atas kenaikan gas elpiji ini.
Ketakutan yang dibesar-besarkan oleh yang tak mendukung naiknya gas elpiji dan mengatasnamakan masyarakat, seolah-olah kalau gas elpiji itu konsumsi utama bagi masyarakat miskin.
Padahal dari catatan pertamina, hingga tahun 2013 konsumsi Elpiji non subsidi kemasan 12 kg itu mencapai 977.000 t0n bahkan pertamina merilis kerugian atas tanggungan ini sepanjang tahun mencapai angka yang sangat funtastic hingga Rp 5,7 triliun dan sudah jelas para konsumsinya itu kalangan menengah keatas. Bukan dari kalangan menengah kebawah? Apa gas elpiji untuk si kaya? "Aku bukan untuk si Kaya tapi untuk semua".
Ketakutan lainnya, bagi yang kontra atas kenaikan gas elpiji ditakutkan kalau pemerintah menaikkan harga gas elpiji 12 kg, maka akan berdampak terhadap kenaikan agen ditingkat bawah yang akibatnya kenaikan besar-besaran di gas elpiji 12 kg yang nanti konsumen dari gas elpiji 12 kg akan beralih ke gas elpiji 3 kg yang dikhususkan untuk masyarakat miskin.
Ketakutan ini tentu telah dijawab oleh Pertamina, dimana Pertamina pun menjamin tidak akan adanya migrasi konsumsi gas elpiji dari yang 12 kg ke 3 kg. Pasalnya, Pertamina memiliki data seluruh agen distributor dan sistem monitoring-nya. Jika kemudian ada lonjakan permintaan akan gas elpiji 3 kg, Pertamina tidak akan memenuhinya.
Apalagi yang harus ditakutkan, kenaikan gas elpiji 12 kg sudah harus dilakukan. Sebab pengguna gas elpiji 12 kg itu bukan dari kalangan masyarakat miskin dan tentu kenaikan tidak akan berdampak terhadap masyarakat. Sebab, masyarakat menengah kebawah untuk kebutuhan itu sudah memiliki anggaran, apalagi penggunaan mereka banyak dan tak mungkin juga mereka mau memakai gas elpiji yang lebih kecil. Stock untuk gas elpiji juga tidak akan diperbanyak lagi.
Saat ini yang harus disadari adalah, mengenai dampak dari subsidi tersebut. Masyarakat miskinlah yang memang harus mendapat subsidi bukan masyarakat yang memiliki penghasilan lebih, jika subsidi terhadap orang -orang mampu terus diberikan siapa lagi yang akan menanggung kerugian yang sepanjang tahun terus bertambah. Tentu nanti yang akan menjadi korban negara dan kita semua rakyat Indonesia tanpa terkecuali.
Kebijakan rencana yang akan dilakukan oleh pemerintah melalui pertamina, haruslah didukung bersama dan tentu sosialisasi mengenai masalah ini harus sampai kepihak bawah. Sehingga tidak adalagi alasan menaikan gas elpiji mengatasnamakan masyarakat miskin yang menanggung akibatnya, kalau kita lihat bahkan penulis mencoba melakukan survei kecil-kecilan disekitar tetangga. Pengguna gas elpiji ini hampir orang kaya saja, bahkan yang miskin masih ada yang menggunakan kayu bakar dan tidak semua menggunakan gas elpiji 3 kg. Apakah memang gas elpiji ini untuk orang kaya?
"aku bukan untuk sikaya, tapi untuk semua"