Mohon tunggu...
Muhammad Salim
Muhammad Salim Mohon Tunggu... Freelancer - freelance

saya merupakan pribadi yang suka menelusuri sejarah dan juga ilmu pengetahuan, khususnya tentang pesantren dan peradabannya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jurnal refleksi Dwi Mingguan - Modul 1.3 Visi Guru Penggerak

18 Oktober 2024   21:20 Diperbarui: 19 Oktober 2024   08:30 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Guru SMK Fauzaniyyah saat mengikuti IHT (foto: dok. pribadi) 

pada modul Modul 1.3 ini, saya merasa telah mendapatkan pemahaman yang mendalam mengenai pentingnya visi dalam peran seorang guru penggerak. Guru penggerak tidak hanya bertanggung jawab terhadap proses belajar mengajar di dalam kelas, tetapi juga bertanggung jawab menciptakan lingkungan pendidikan yang mendorong lahirnya generasi yang mandiri, kompeten, dan berakhlakul karimah. 

Visi ini merupakan landasan bagi setiap tindakan, inovasi, dan perubahan yang akan saya bawa sebagai calon guru penggerak.

Visi saya sebagai calon guru penggerak adalah mencetak lulusan yang mandiri, kompeten, dan berakhlakul karimah. Visi ini dilandasi oleh keyakinan bahwa seorang siswa tidak hanya perlu unggul secara akademis, tetapi juga memiliki kemampuan untuk berpikir kritis, bertindak secara mandiri, serta memiliki karakter dan akhlak yang baik.

 Dalam era modern, kompetensi teknis saja tidak cukup, dan sangat penting bagi seorang siswa untuk memiliki karakter yang kuat dan kemampuan untuk beradaptasi serta berkontribusi dalam masyarakat.

Untuk mewujudkan visi ini, saya menerapkan model BAGJA (Buat Pertanyaan, Ambil Pelajaran, Gali Mimpi, Jabarkan Rencana, Atur Eksekusi ) sebagai alat perencanaan strategis yang terstruktur. Berikut adalah langkah-langkah penyusunan visi saya melalui model BAGJA:

  1. Buat Pertanyaan
    Langkah pertama dalam BAGJA adalah membuat pertanyaan yang perlu dilakukan dalam proses pembelajaran. Saya menyadari bahwa metode pengajaran yang terlalu berfokus pada hafalan dan teori tanpa memberikan kesempatan bagi siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kreativitas perlu dibuang. Selain itu, pola pembelajaran yang kurang memperhatikan pembangunan karakter siswa harus dikurangi. Saya menyadari bahwa sistem evaluasi yang hanya menilai hasil akademis juga harus diubah, karena hal ini tidak mendorong siswa untuk mandiri atau mengembangkan akhlak yang baik.

  2. Ambil Pelajaran
    Pada tahap ini, saya melihat nilai-nilai dan praktik yang sudah baik dan perlu dipertahankan serta diperkuat. Salah satunya adalah pendekatan pembelajaran berbasis proyek yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Pendekatan ini mendorong siswa untuk berpikir mandiri, menyelesaikan masalah, serta berkolaborasi. Selain itu, saya juga ingin mempertahankan budaya sekolah yang mengedepankan nilai-nilai akhlakul karimah, seperti kejujuran, disiplin, dan tanggung jawab, yang selama ini sudah menjadi bagian dari lingkungan sekolah saya.

  3. Gali Mimpi
    Pada tahap menggali, saya akan mencari peluang baru yang dapat dioptimalkan untuk mendukung visi mencetak lulusan yang mandiri, kompeten, dan berakhlakul karimah. Salah satu potensi yang dapat saya kembangkan adalah kolaborasi dengan orang tua dan masyarakat dalam mendukung pembelajaran karakter. Selain itu, saya melihat adanya potensi untuk memanfaatkan teknologi digital dalam mendukung pembelajaran mandiri dan kompeten. Dengan memberikan akses yang lebih luas terhadap sumber belajar digital, siswa dapat belajar kapan saja dan di mana saja sesuai dengan minat dan kebutuhan mereka.

  4. Jabarkan Rencana
    Setelah menggali potensi baru, saya perlu menjabarkan visi ke dalam langkah-langkah konkret. Untuk mencetak lulusan yang mandiri, kompeten, dan berakhlakul karimah, saya akan menerapkan pembelajaran berbasis proyek yang memberikan tantangan nyata kepada siswa untuk menyelesaikan masalah di lingkungan mereka. Proyek ini akan mengintegrasikan aspek-aspek keterampilan akademis, kreativitas, dan pengembangan karakter. Selain itu, saya akan mengadakan program pengembangan karakter secara terstruktur, di mana siswa didorong untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial yang melibatkan komunitas dan lingkungan sekitar, sehingga mereka tidak hanya belajar teori tetapi juga mengaplikasikan nilai-nilai akhlak dalam kehidupan sehari-hari.

  5. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
    Lihat Pendidikan Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun