Ah Cuman Sejuta Kok
By: M. Saiful Kalam
Di dekat pelupuk mata, nampak seorang bapak-bapak hampir parubaya mendekatiku. Pak Parno namanya. Ia datang ke rumahku. Kebetulan dia tinggal disamping barat rumahku. Dan pagi itu kebetulan juga aku sedang menyapu halaman. Setelah sampai di depanku persis  dia bilang begini?
"Mas Wawan, hari ini mas apa longgar?"
Dari nada bicara dan susunan kalimat Pak Parno, sepertinya aku sudah tahu arahnya ke mana. Tapi aku ikuti saja basa-basi pria usia 43 tahun itu.
"Kalau hari ini ada longgar siangnya. Memangnya kenapa Pak?"
"Saya butuh ngobrol dengan Mas."
"Iya, memangnya ada masalah Pak?
Kemudian dia menyodorkan hape sembari bercerita. Dia menggeser foto di Redmi 9 itu demi layar. Di dalamnya ada sosok perempuan yang tengah dikasih infus. Setelah sekian aku mendengar bapak itu bercerita, seperti biasa ada kalimat inti yang mungkin sudah ditunggu oleh pria tersebut.
"Pak saya apa boleh pinjam uangnya sebentar? cuman 1 juta kok"
Hatiku langsung kacau. Tau begitu tadi ketika dia tanya longgar saya acuhkan saja dan fokus menyapu latar rumah. Dan yang paling menjengkelkan, kenapa bapak itu bilang "cuman". Ya kalau cuman cari sendiri dong, masak ngutang ke tetangga.
Tetapi kalimat tersebut hanya berkecamuk dipikiranku. Seandainya dia seumuran denganku, sudah aku cerca tadi.
Tapi juga, karena tetangga sendiri dan paradigma pikiranku yang berkata "Kalau kita mati, yang ngubur juga tetangga", akhirnya aku mengalah saja. Tapi aku tidak bodoh, saya punya frame kalau memberi pinjaman ke orang sedikit demi sedikit dulu. Akhirnya saya nego dan bilang,