4 tahun tidak berada di desa sudah pasti ada beberapa perubahan yang terjadi di dalamnya, entah itu dari segi fasilitas maupun masyarakat pendatang yang hadir.
Yang miris adalah fenomena mahasiswa yang kesulitan untuk menerapkan semua ilmu yang mereka pelajari di kampus.
Kesulitannya sebenarnya ada dua hal, antara satu si mahasiswa memang hanya "kejar IPK" saja tanpa memahami esensi gelar yang ia dapat, dua memang dari desa yang tidak membutuhkan ilmu yang ia pelajari. Ya jika dianalogikan "produk sedang tidak dibutuhkan oleh masyarakat."
Yang terjadi, akibatnya banyak sarjana yang lebih memilih bekerja di perantauan dibandingkan untuk kembali lagi kampong halamannya. Akibatnya, desa ibaratnya sudah kehabisan para pemuda sarjananya yang seharusnya mereka mengabdikan diri untuk membangun desa, tetapi karena satu dua alasan mereka memutuskan untuk tidak melakukannya.
Jika ingin memperhatikan alasan lain dan ini juga merupakan bentuk saran, sebenarnya ada kesulitan seorang sarjana ketika bermasyarakat adalah ketika memposisikan dirinya sejajar dengan masyarakat.
Sejajar artinya seorang sarja seharusnya memaklumi gaya bicara masyarakat yang kebanyakan mungkin hanya lulusan SD-SMP. Ya jika dalam bicara kadang nyinyir atau ceplas-ceplos, ya mungkin bisa dimaklumi.
Sebab, pada dasarnya semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin tinggi rasa menghargai satu sama lain.
Jadi, istilahnya seorang sarjana itu harus bisa melepaskan ego-sentris-nya jika ingin berhasil menyatukan diri dengan masyarakat.
Nah, yang sering terjadi adalah sarjana itu selalu menghadapi omongan-omongan yang menyakitkan hati. Akan tetapi, jika memang ingin seorang sarjana ingin berhasil mengabdikan diri untuk kampungnya, maka sesuatu pengorbanan yang dilakukan.
Dan sarjana itu sebaiknya memang jangan ada sekat pembatas dengan masyarakat. Entah itu suatu saat kelak hidup di kampong orang lain, yang terpenting adalah sarjana harus bisa menyatu dan memposisikan diri dengan masyarakatnya.
Sebab, bagaimanapun juga masyarakat itu secara pengalaman menjalani pahit-getir kehidupan itu sangat lebih dibandingkan seoarng seorang sarjana.