Kalau biasa kita menengok di beberapa ruas jalan, entah itu pertigaan atau perempatan, maka kita tidak asing dengan orang yang biasa membantu menyebarangkan para pengguna jalan. Sebut saja dengan istilah "tukang seberang jalan"
Kita harus banyak-banyak berterimakasih kepada tukang ini, sebab memudahkan para pengguna jalan yang hendak menyeberang untuk segera melintas dan tidak menimbulkan kemacetan.
Penulis pribadi berpendapat, merasa sangat terbantu dengan adanya tukang seberang jalan ini. Pasalnya, penulis tidak perlu menoleh dan mengambil keputusan jika hendak menyeberang.
Seperti yang kita ketahui, bahwa mengendara sendiri jika merujuk pad istilah orang-orang, maka ada yang namanya pengambilan keputusan.
Mau mengambil keputusan untuk menyalib, berkendara lambat, belok, dan sebagainya itu merupakan sebuah bentuk keputusan.
Misalnya kejadian yang dialami penulis. Ketika hendak menyeberang dari jalan kecil menuju jalan yang besar, kendaraan lalu lalang seperti tidak ada hentinya.
Itu posisinya di Malang, belum lagi kalau berada katakanlah di Surabaya atau Jakarta, pejalan kaki saja jika ia bukan orang local, akan ketakutan. Sebab seperti tidak ada sepinya jalan itu.
Kembali lagi ke cerita penulis, dengan adanya tukang seberang jalan ini, penulis merasa terbantu. Sebab ia berani menghentikan kendaraan dari arah kejauhan yang melaju kencang dan membantu pengguna jalan dari arah lain untuk segera menyeberang.
Karena penulsi orang luar daerah, maka menyeberang ditengah kemacetan merupakan hal yang sangat dibenci. Apalagi kalau penulis disuruh putar balik kendaraan, itu paling malas rasanya untuk melakukannya.
Dan penulis merasa sangat berterimakasih kepada pengguna mobil yang biasanya nampak sering memberikan uang kecil kepada tukang tersebut.
Sebab, kadang penulis sebenarnya ingin mengasih uang kecil kepada mereka. Akan tetapi, karena penulis merupakan tipe pengendara yang harus focus dan tidak bisa pecah focus, maka agak kesulitan ketika hendak menjulurkan tangan dan mengasih yang kecil kepada tukang tersebut.