Mohon tunggu...
muhammad sadji
muhammad sadji Mohon Tunggu... Lainnya - pensiunan yang selalu ingin aktif berliterasi

menulis untuk tetap mengasah otak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perang Rakyat Semesta di Palestina, Mungkinkah?

13 Juni 2024   20:04 Diperbarui: 13 Juni 2024   20:05 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Perang Rakyat Semesta di Surabaya. (Dok. Perpusnas RI dari Tirto.id)

Perang yang dipicu oleh penyerangan Hamas ke wilayah Israel pada bulan Oktober 2023 yang lalu, ternyata berlanjut sangat memilukan. Pembalasan Israel dengan alasan ingin membebaskan sandera yang ditawan Hamas, ternyata dilakukan dengan brutal terutama di kawasan Gaza. Sampai awal Juni 2024 dikabarkan sudah sekitar 36 ribu orang korban penduduk Gaza tewas dan sebagian besar terdiri atas wanita dan anak-anak serta puluhan ribu orang yang luka-luka. Apabila diperhitungkan secara matematis, setiap bulan orang Palestina musnah sekitar 4.500 orang atau per hari sebanyak 150 orang tewas di Gaza. Suatu korban yang sia-sia, nyaris tanpa perlawanan sama sekali. Apabila kita menyaksikan siaran televisi, terbukti bahwa orang-orang Arab-Palestina hanya berlari-lari menangis dan tinggal di tenda-tenda pengungsian. Mereka tidak berkutik dan hanya mengandalkan bantuan negara lain. Kabar terakhir bahkan satu juta pengungsi Palestina dalam suatu kawasan terkepung tantara Israel. Dunia pun mengutuk dan meminta Israel agar menghentikan penyerangan ke Gaza dan beberapa tempat lainnya. Di Indonesia, pada tanggal 1 Juni 2024 yang lalu secara serentak di beberapa kota mengadakan demonstrasi mengutuk Israel dan mendukung perjuangan kemerdekaan rakyat Palestina. Demonstrasi jalanan, boikot produk berbau Israel dan berbagai bentuk doa bersama dipanjatkan di tempat-tempat ibadah. Tetapi bagaimana hasilnya? Sudah puluhan tahun, doa-mendoa dilakukan oleh bangsa Indonesia dan berbagai negara simpatisan Palestina, tetapi hasilnya jauh panggung dari api. Lalu apakah penyebabnya? Di samping karena kekokohan Israel, juga karena faktor kelemahan bangsa Palestina. Selama ini perjuangan rakyat Palestina hanya bersifat sporadis, dilakukan temporer dan hanya oleh beberapa faksi pejuang misalnya Al Fatah, PLO, Hamas, Hisbullah dan beberapa lagi yang berjuang sendiri-sendiri, pada hal seluruh rakyat Palestina ingin merdeka, terbebas dari kekuasaan bangsa Yahudi.

Sebenarnya, ada banyak contoh sejarah bagaimana suatu bangsa memenangkan peperangan kemerdekaan. Indonesia misalnya, punya Hari Pahlawan yang diperingati pada setiap tanggal 10 November. Hari peringatan nasional itu adalah merupakan penghargaan dan penghormatan kepada arek-arek Suroboyo yang berjuang melawan tentara Sekutu yang ingin mengembalikan penjajahan Belanda. Pada seputar Oktober -- November 1945 itu ternyata rakyat Surabaya menerapkan perang rakyat semesta. Dalam perang itu seluruh masyarakat dari berbagai unsur dengan senjata apa adanya meladeni serangan tentara Sekutu. Mereka benar-benar berjihad demi mempertahankan kemerdekaan yang baru saja diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Karena perlawanan sengit yang membabi-buta dari segala penjuru, membuat tentara Sekutu kewalahan lalu mengajak gencatan senjata. Perjuangan berhasil walaupun korban berguguran ribuan orang, tetapi tentara Sekutu pemenang Perang Dunia II pulang dan Kemerdekaan Republik Indonesia dapat dipertahankan.

Pengungsi Palestina yang Melarikan Diri pada Awal November 2023. (Dok. AFP dari VOA)
Pengungsi Palestina yang Melarikan Diri pada Awal November 2023. (Dok. AFP dari VOA)

Lalu, bagaimana dengan perkembangan di Palestina yang berjuang untuk kemerdekaannya? Sudah bertahun-tahun berjuang tetapi belum berhasil sampai sekarang. Mereka hanya bisa mengungsi dan membiarkan tentara Israel terus merangsek dengan membabi-buta. Bahkan yang terakhir, membiarkan 36 ribu orang menjadi korban sia-sia. Pertanyaannya, kenapa mereka tidak berani merangsek secara serempak, berjihad saja hidup-mati melakukan perlawanan dengan senjata apapun. Dengan keberanian menjalankan perang rakyat semesta niscaya akan tercapai perdamaian dengan hidup berdampingan. Karena, tiba-tiba akan ada gencatan senjata setelah adanya perlawanan sengit dari segala penjuru oleh rakyat Palestina yang gagah perkasa dan berani mati. Mestinya mereka bertahan terhadap tanah airnya, dan bukannya mengungsi meninggalkannya. Kalau seperti sekarang ini, orang Palestina mati percuma dan sebagian mengungsi, ya, itu sama saja dengan menyerahkan wilayah kepada Israel secara cuma-cuma. Hasilnya akan berbeda kalau saja 36 ribu orang yang tewas dan sekitar 80 ribu orang yang luka-luka merupakan korban langsung peperangan, pasti akan tercapai perdamaian yang abadi. Upaya evakuasi rakyat Palestina oleh siapapun adalah merupakan kesalahan besar, karena itu berarti membantu penyerahan tanah Palestina kepada Israel, apalagi kalau kemudian diungsikan ke luar Palestina.*****

Baca juga: Prangko

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun