Ketika PT Pertamina (Persero) dipimpin oleh Direktur Utama Abdul Rachman Ramly (16 Juni 1984 sampai dengan 19 Agustus 1988) ada dua kebijakan yang layak dikenang terutama oleh para pensiunan yang mengalami masa itu.
Pertama, mengenai kebijakan stream lining, yaitu evaluasi organisasi dalam rangka meningkatkan efisiensi dengan langkah pengurangan karyawan melalui tawaran pensiun dini. Dan kedua, mengenai kesejahteraan karyawan. Dirut AR Ramly berpendapat, bahwa aset yang paling berharga bagi suatu perusahaan adalah SDM (Sumber Daya Manusia).Â
Oleh karena itu SDM harus sejahtera supaya etos kerjanya menjadi baik. Apalah artinya peralatan canggih dan mahal kalau SDM-nya tidak mendapatkan kesejahteraan, peralatan akan mudah rusak. Sebaliknya, apabila SDM sejahtera, akan bekerja dengan baik dan menjaga semua sarana dan peralatan dengan baik.Â
Salah satu indikator dari kesejahteraan adalah sudah memiliki rumah tinggal, bukan mengontrak atau menyewa, apalagi kalau masih indekos. Untuk itu, perusahaan membantu kepemilikan rumah dengan cara menggelontorkan panjar pesangon pensiun kepada karyawan yang sudah memenuhi syarat pengabdian kepada perusahaan.
Sekitar tahun 80-an marak pembangunan perumahan dan bisa dibeli dengan menggunakan fasilitas KPR-BTN (Kredit Pemilikan Rumah -- Bank Tabungan Negara).Â
Seringkali banyak karyawan yang tidak mampu membayar uang muka (DP -- Down Paymen), maka perusahaan membantu pembayaran itu melalui panjar pesangon pensiun yang kemudian dibayar kembali dengan dipotong gaji yang sangat ringan setiap bulan.
 Mendengar kebijakan itu, para perusahaan pengembang perumahan berbondong-bondong menawarkan ke kantor PT Pertamina (Persero) di seluruh Indonesia.Â
Para karyawan kemudian secara berombongan meninjau berbagai komplek perumahan, baik sendiri-sendiri maupun yang difasilitasi oleh perusahaan perumahan yang bersangkutan. Mereka saling berembug untuk merancang hidup bertetangga.
Di Kawasan Jatikramat -- Bekasi misalnya, banyak kelompok karyawan yang membeli beramai-ramai di suatu komplek perumahan dengan motivasi yang beragam.Â
Ada yang pertimbangan harganya murah, ada yang karena mutu bangunannya bagus, lokasi yang strategis dan dekat dengan rencana jalan tol, atau yang prosesnya cepat dan berbagai pertimbangan lainnya.Â