Salah satu dari beberapa ciri khas dari bangsa Indonesia ialah  mempunyai budaya adat istiadat yang beragam.  Adat istiadat yang beragam ialah salah satu bukti keindahan dari negara Indonesia. Kendatipun banyak ragam budaya di Indonesia, jarang terjadi konflik yang begitu besar, tetapi dengan beragam budaya tersebut menjadi ramuan estetik. Adat istiadat merupakan nilai dan ritual yang telah diberikan makna berarti bagi masyarakat tertentu, sehingga menjadi kebiasaan bagi masyarakat dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Adapun asal-usul adat istiadat ialah dari kolaborasi pemikiran masyarakat, agama, dan ajaran leluhur mereka terdahulu yang diturunkan secara turun menurun. Selain itu, adat istiadat berfungsi sebagai hukum di tengah masyarakat, yang mana dengan dengan adat istiadat menjadi panduan masyarakat dalam menjalani kehidupan sehari-hari, baik itu dalam persoalan etika, estetika dan seluruh yang mencakup sosial masyarakat.Â
Selanjutnya, apabila dieksplorasi lebih dalam adat istiadat mempunyai sumbangsih yang esensial terhadap negara, sebab tidak mungkin negara akan menciptakan hukum positif dalam masalah estetika. Melainkan adat istiadat yang menjadi jalan alternatif untuk menutupi kekurangan dari hukum positif. Maka adat istiadat tidak bisa dipandang sebelah mata, karena secara substansial adat istiadat membantu negara dalam menjaga perdamaian, etika dan karakter suatu bangsa itu sendiri.Â
Dalam bahasa Minang Barike(dalam bahasa pekal) ialah Badikia yang mempunyai arti berdzikir kepada Allah SWT. Barike dalam bahasa Pekal adalah resepsi estetik masyarakat kepada Nabi Muhammad SAW. Sederhananya, barike ialah mengingat, merefleksikan, membaca kitab tentang sejarah kelahiran Nabi Muhammad sampai beliau meninggal dunia dengan irama yang berayun-ayun, mengalu-alu sebagai bentuk kecintaan masyarakat kepada Nabi Muhammad SAW.Â
Menurut tokoh masyarakat Baihaqi dan Hakim bahwa, adat istiadat badikia merupakan sunnah untuk dilakukan, karena syair-syair yang dibersamai dengan gendang rebana itu pernah dilakukan oleh bibi Nabi Muhammad SAW, yang bernama Siti Aqsah ketika Rasulullah lahir. Bibi Nabi Muhammad ialah salah satu orang yang sangat bergembira atas kelahiran Nabi Muhammad SAW. Cara Siti Aqsah bergembira atas lahirnya keponakannya yakni, dengan menciptakan syair-syair berupa pujian kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga lahirnya kitab-kitab Al-Barzanji yang sampai pada saat ini masih dipakai oleh adat dalam acara Barike. Di dalam tradisi masyarakat Malin Deman Barike biasanya dilaksanakan oleh para anggota adat, pemuda, dan masyarakat pada umumnya, akan tetapi barike dipandu oleh para tetua yang masih hidup, sebab mereka itulah yang cakap di dalam mengayun-ayun irama, shalawatanya dan tata cara gendangnya.Â
 Selain Barike bentuk implementasi resepsi estetik  kecintaan kepada Rasulullah SAW, Barike juga bertujuan untuk mendapatkan syafa'at dan keberkahan. Barike itu biasa dilaksanakan ketika acara perkawinan, maulid Nabi, dan adat beradat ketika lebaran. karena Barike terdiri dari aspek dzikir kepada Allah SWT, maka bacaan-bacaan shalawat atau tentang sejarah kehidupan nabi menjadi keberkahan atau keselamatan serta mengundang syafaat bagi orang yang sedang menikah, dan mawaddah wa rahmah dalam menapaki rumah tangga. sedangkan acara barike adat beradat dan maulid nabi, dengan gendangan irama dan bacaan shalawat tersebut bisa memperbaharui kecintaan kepada Muhammad SAW, dan dengan bacaan shalawat yang diiringi gendang serta irama yang berayun-ayun bisa mendatangkan kedamaian ditengah masyarakat dan jauh dari marabahaya bagi masyarakat.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H