Menyelami jauh pada konflik kebangsaan yang terjadi akhir-akhir ini sungguh membuat sebagian orang menggelengkan kepala. Mana yang benar dan mana yang salah; mana yang hoax dan mana yang bukan hoax, menjadi pemikiran tersendiri bagi warga negara yang terus menyimak  dan tak mampu berbuat banyak saat UU Cipta Kerja disahkan dan mulai banyak menuai polemik.  Sudah sulitkah kini menjadi warga negara yang cerdas, sehingga sangat sulit membedakan mana "kebenaran" dan mana "kebohongan"?
Kalau melihat sumber arus utama informasi, setidaknya, dapat dikerucutkan pada dua sumber, yaitu berita-berita yang disuguhkan oleh media nasional dan berita-berita yang disuguhkan oleh media sosial. Kalau ditakar, keduanya sama-sama memberikan informasi yang instan, menarik namun memiliki karakter yang berbeda.
Isu adanya framing pemerintah pada beberapa media nasional menjadikan berita yang disuguhkan tak semurni informasi yang terjadi di lapangan. Di sisi lain, berita yang bertebaran di media sosial, membuat informasi terasa murni dan apa adanya. Bagi para penyimak informasi, beberapa diantaranya, karena alasan lebih kredibel, media nasional lebih menenangkan bila disimak, namun beberapa diantaranya pula, lebih mencukupkan diri pada sajian informasi media sosial.
Apapun sumbernya, sudah selayaknya warga negara, kini, harus menjadi penyimak informasi yang lebih cerdas. Satu atau dua sumber informasi tidaklah cukup, maka menjadi penyimak informasi dari berbagai sumber -setidaknya- merupakan salah satu usaha yang paling cerdas dalam menyerap informasi.
Ikut berdemo atau tidak; diam saja atau ikut bersuara dan berkomentar itu keputusan masing-masing. Tapi, semuanya harus ditakar matang-matang dengan -terlebuh dahulu- menjadi penyimak informasi yang cerdas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H