Bulan baru; hari baru; tanggal baru sebagai nuansa waktu yang berbeda dari masa yang telah dilalui kemarin, menjadi warna baru bagi harapan-harapan besar maupun kecil yang bersarang dalam tekad setiap manusia.Â
Tuntutan jiwa yang selalu menginginkan kebahagiaan adalah keniscayaan yang -kadang- harus dipenuhi segera. Para pelajar yang menginginkan 'paham'; para pekerja dan pebisnis yang menginginkan 'buah' dari jerih payahnya; para pejabat penting negeri yang menginginkan momentum yang tepat untuk mencitrakan dirinya di depan khalayak menyatu dalam sebuah dinamika sosial yang meramaikan setiap masa baru yang baru saja terbit.
Hari ini, manusia di bumi masih diuji oleh Sang Maha Pemelihara tentang keistiqomahannya dalam menggenggam 'kebaikan'. Wabah virus covid-19 yang melanda negeri ini masih menunjukkan taringnya dalam menggempur imunitas manusia yang cerdas.Â
Masihkah manusia baik tetap baik, dan manusia yang tidak baik menjadi baik? Itulah narasi Tuhan yang seyogianya dipahami oleh manusia yang -dalam kadar tertentu- adalah makhluk tercerdas yang telah diciptakan Sang Khaliq.
Seberapa cerdaskah manusia dalam menghadang kami di medan pertempuran? Itulah kiranya pula yang ingin diungkapkan Sang Wabah dalam menelanjangi kepongahan manusia yang cerdas.Â
Seperti marinir yang tangguh di medan laga; yang tak gentar menghadapi kematian untuk negeri tercintanya, Sang Wabah menguji ketepatan manusia dalam memahami karakter serangannya dalam setiap lini; dalam setiap wilayah dan dalam setiap tatanan sosial yang dibentuk dan dipelihara manusia yang cerdas, -sekali lagi.
Siapa mereka; Sang Virus yang mewabah kian menjadi itu? Ya, Â 'siapapun' mereka, kepongahan manusia yang cerdas telah ditelanjangi olehnya.*
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI