Mohon tunggu...
Muhammad Rofy Nurfadhilah
Muhammad Rofy Nurfadhilah Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Menulis dan membaca merupakan cara yang paling elok dalam membunuh waktu.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Profesor Doktor

10 Maret 2020   07:38 Diperbarui: 10 Maret 2020   08:17 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam dinding bisu
Di depan papan putih
Mahaguru yang wibawa nan karismatik berceloteh bagai cerlih yang mencari buah ranum
Berkemeja putih, berlengan panjang, berdasi lengkap dengan celana panjang hitam dan pentopel hitam mengkilat
Khas akademisi yang mempunyai tambahan kata pada namanya
Profesor Doktor, mereka menyebutnya

Di depannya
Berjejer Mahasiswa
Asyik memperhatikan celotehan
Profesor Doktor, sekali lagi, mereka menyebutnya seperti itu

"Tok tok tok"
Pintu jati yang menjadi penutup liang keluarnya para "Maha" itu berbunyi dengan nada minor
"Masuk!"
Profesor Doktor, berkali-kali mereka menyebutnya seperti itu
Mempersilakan masuk
"Selamat pagi, Pak!"
Suara halus itu datang beriringan dengan terbukanya pintu jati

Marini
Sang Bunga Kampus, begitulah mereka memanggilnya
Ternyata dia yang memukul pintu jati itu, dengan jari tengahnya yang lentik
Bibirnya yang tipis terbuka
Merekahkan lipstrik merah hati yang melekat pada ujung belahan bibirnya
Ia tersenyum penuh hormat kepada Sang Profesor Doktor
"Permisi, Pak! Maaf, saya terlambat."

Wajahnya yang putih, bersih nan halus, bulu matanya yang lentik, serta hidungnya bak Cleopatra terpatri dalam balutan kerudung, yang membalut wajahnya yang oval
Terpotret pada kedua mata Sang Profesor

Di depannya
Mahasiswa semakin terdiam
Terlebih-lebih Mahaguru yang berceloteh kini mendadak terhenti dari celotehannya
Sepertinya cerlih kini telah menemukan buah ranumnya

Profesor Doktor...
Seringkali mereka menyebutnya seperti itu

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun