Mohon tunggu...
Muhammad Rizqi Zainun Nizar
Muhammad Rizqi Zainun Nizar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Anda dapat memanggil saya Nizar. Nizar merupakan mahasiswa semester akhir dengan jurusan Ilmu FIlsafat di Universitas Indonesia yang senang menulis dengan gaya penulisan seperti surat. Bagi Saya, gaya penulisan surat adalah persinggungan dari puisi dan cerita pendek. Surat adalah puisi yang lebih berbunyi dan Surat adalah cerita pendek yang khusus untuk orang tertentu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Terkutuklah Kita Orang Kota yang Sok Tahu tentang Senja

25 Juli 2024   17:57 Diperbarui: 25 Juli 2024   17:58 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sudah nyaris pukul enam yang berarti senja seharusnya sudah di sini. Senja seharusnya muncul di antara ombak dan langit di ujung dunia. Dan seharusnya juga cahaya kuning kemerahan dengan semburat ungu sudah membayangi muka yang manis. Dan seharusnya juga kedua matamu sudah waktunya memantulkan cahaya-cahaya senja itu. Tapi mengapa senja belum juga muncul? Adakah badan dinas tertentu yang menjaga ketepatan waktu munculnya senja? Sebab ini sudah kelewat waktu. Senja saja tidak tepat waktu, bagaimana nasib hari yang tak segera malam? Kalau malam tak kunjung datang, maka orang-orang kota belum juga harus pulang. Maka isu senja yang kelewat waktu merupakan isu yang penting sebab menyangkut harkat martabat orang-orang kota. jangankan orang kota, nelayan pun juga tidak akan berangkat kalau senja belum muncul dan hari belum menuju malam. Bahkan anak-anak pesantren belum bisa berangkat mengaji kalau senja belum muncul.

Adakah orang yang berani mencuri senja yang teramat penting? Apakah lagi-lagi ulah Sukab? Apakah jika ternyata pelakunya adalah Sukab maka Sukab bisa kita salahkan, padahal ia hanya mencuri senja yang menurutnya tidak terlalu penting untuk orang-orang dan hanya penting (lagi lagi menurut sukab) untuk turis-turis di sembarang pantai di dunia yang membuatnya memutuskan untuk mencuri senja meski sepotong untuk Alina yang sama manisnya dengan kamu, Sum? Atau ini bukan soal pencurian senja, tetapi senja saja yang sudah enggan muncul di antara ombak dan langit di ujung dunia? Jika demikian, maka mengapa senja enggan muncul? Apakah ia merasa sudah tidak lagi penting karena tugas sesungguhnya senja hanya mengantar hari dari siang menuju malam, dan tugas lainnya adalah sebagai objek dari pada foto, atau justru sebab tugas senja adalah dibagikan kepada pacar? Atau jangan-jangan senja jadi murung dan ngambek sebab tersinggung dengan perilaku sukab yang seenaknya mencuri senja meski sepotong sambil bilang bahwa senja barangkali bisa dijual dua ribu dapat tiga di toko aksesori? Jika benar bahwa ia tersinggung sebab perilaku Sukab maka lagi-lagi hilangnya senja adalah sebab Sukab. Bukan sebab dicuri tetapi sebab dimaki.

Atau jangan-jangan senja belum muncul sebab kita di pantai bali, yang senjanya bukan nyaris pukul enam, tapi nyaris pukul tujuh. jika iya maka kita bukan kehilangan senja, tetapi terlalu cepat menunggu senja. Senja belum datang bukan sebab dicuri atau dimaki, tetapi memang belum waktunya. jika betul, maka terkutuklah kita orang-orang kota yang sok tahu tentang senja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun