Institut STIAMI Jakarta - Sebuah series yang tayang di Netflix yang tayang pada Kamis (2/11/2023) tersebut di ambil dari sebuah novel karya Ratih Kumala. Series ini memiliki nuansa yang sangat dekat dengan kondisi perempuan. Di mana ia merindukan kebebasan untuk mengekspresikan kompetensi yang dimiliki. Jeng Yah sebagai tokoh utama dari film tersebut memiliki karakter yang kuat sebagai perempuan yang menginginkan kebebasan.
Seri yang memiliki memiliki lima episode yang masing-masing berdurasi sekitar satu jam. memiliki alur ceritanya dibagi menjadi dua, yaitu masa lalu dan masa kini. Masa lalu mengisahkan tentang kisah cinta Jeng Ya dan Soeraja, serta pemilik pabrik kretek Djagad Raya yang terkenal. Masa kini mengisahkan tentang usaha anak Soeraja, yaitu Lebas, untuk mencari jejak Jeng Yah sesuai dengan permintaan ayahnya. Pencarian ini membawa Lebas bertemu Arum di Museum Kretek.
Dalam series tersebut, masyarakat masih memandang rendah perempuan yang tidak layak meracik saus dalam produksi kretek. Jeng Yah yang diperankan oleh Dian Sastrowardoyo ini berusaha untuk melawan stigma tersebut. Jeng Yah berusaha membuktikan bahwa ia sangat pantas dalam meracik saus untuk produksi kretek. kesempatan demi kesempatan di upayakan demi bisa mewujudkan mimpi besarnya sebagai peracik saus.
Sebagai penonton, saya melihat jelas bagaimana seorang perempuan melawan stigma rendah tersebut. untuk menyelesaikan semua kendala yang ia miliki, Jeng Yah memiliki kapasitas yang cukup baik melakukan perlawanan. Pengetahuan yang mapan tentang dunia kretek dan karakter independen memberikan kekuatan. Untuk melakukan perlawanan atas stigma "perempuan tak mampu menjadi peracik saus kretek".Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H