Program Kerja Unggulan BBK 4 - Bajulan 2
Pengolahan Limbah Minyak Jelantah
Minyak jelantah adalah minyak goreng bekas yang sudah dipakai untuk memasak atau menggoreng. Setelah digunakan, minyak ini biasanya berubah warna, bau, dan rasa karena terkena panas tinggi, terkena udara, dan bercampur dengan makanan yang dimasak. Minyak jelantah memiliki beberapa karakteristik yang membedakannya dari minyak goreng baru. Secara fisik, minyak jelantah biasanya berwarna lebih gelap karena adanya residu makanan dan pengaruh panas yang tinggi. Bau minyak jelantah juga cenderung tidak sedap akibat degradasi minyak dan sisa-sisa makanan yang terbakar.Â
Selain itu, rasa minyak jelantah bisa menjadi tidak enak dan mempengaruhi rasa makanan yang digoreng menggunakan minyak tersebut. Perubahan ini disebabkan oleh pemanasan berulang, yang menyebabkan degradasi termal pada minyak, kontaminasi dari residu makanan dan zat lain selama proses penggorengan, serta oksidasi akibat paparan udara selama penggunaan. Kombinasi faktor-faktor ini menyebabkan minyak jelantah mengalami perubahan warna, bau dan rasa yang signifikan.
Kegiatan yang dilakukan oleh kelompok Bajulan 2 yang dimulai pada Senin, 15 Juli 2024 pukul 19.30 WIB-selesai (Technical Meeting Pengolahan Minyak jelantah) dan Rabu, 17 Juli 2024 pukul 09.00 WIB-selesai (Pengolahan Minyak Jelantah), merupakan bentuk upaya dari kelompok Bajulan 2 untuk mengurangi dampak negatif dari penggunaan minyak jelantah yang tidak diolah. Minyak jelantah dapat menimbulkan berbagai dampak negatif dari segi kesehatan, minyak jelantah yang digunakan berulang kali mengandung senyawa beracun seperti aldehida dan akrolein yang dihasilkan dari degradasi minyak.Â
Senyawa-senyawa ini dapat menyebabkan masalah kesehatan serius, seperti gangguan pencernaan, kerusakan hati, dan peningkatan risiko kanker. Selain itu, jika minyak jelantah dibuang sembarangan, dapat mencemari lingkungan, terutama air tanah dan saluran air, karena sulit terurai secara alami. Pencemaran ini tidak hanya merusak ekosistem, tetapi juga mengancam kesehatan manusia yang menggunakan air tersebut. Oleh karena itu, penting untuk mengelola minyak jelantah dengan baik agar tidak merugikan kesehatan dan lingkungan.
Kegiatan pengolahan limbah minyak jelantah terbagi menjadi dua hasil produk, yaitu MI-LANTAH (Lilin Aromatherapy dari Minyak Jelantah) dan JEL-KU (Cairan Pembersih Lantai dari Minyak Jelantah). MI-LANTAH memiliki beberapa manfaat diantaranya dapat menciptakan ketenangan, membantu meringankan gejala stress dengan menurunkan kadar hormon kortisol dalam tubuh dan beberapa lilin tertentu dibuat untuk mengaktifkan serotonin dan dopamin.Â
JEL-KU memiliki manfaat dapat mengurangi limbah minyak jelantah dengan mengolahnya menjadi produk yang bermanfaat sekaligus ramah lingkungan dan aman digunakan untuk membersihkan lantai dengan mengolahnya menjadi pembersih lantai yang baik tanpa merusak permukaan lantai.
 Acara dilaksanakan di balai desa bajulan dengan 2 kali pertemuan, pertemuan pertama yakni sosialisasi yang dilaksanakan pada hari Senin, 15 Juli 2024 dan pertemuan kedua yaitu praktik pengolahan yang dilaksanakan pada hari Rabu, 17 Juli 2024 pukul 09.00 WIB. Pemaparan materi menggunakan power point dan peserta diberi brosur yang berisi alat dan bahan serta cara pembuatan.Â
Mahasiswa dan peserta mempraktikan pengolahan minyak jelantah menjadi 2 produk yaitu lilin aromatherapy dan cairan pembersih lantai. Selama praktik, para peserta mendengarkan arahan dari narasumber kelompok Bajulan 2 Tarisha Shintya Sari dan Nabila Aulia Nur agar produk yang dihasilkan sesuai apa yang diinginkan. Peserta yang hadir mencapai 14 orang, peserta sangat aktif tanya jawab dan sangat bersemangat selama kegiatan. Peserta mampu mengikuti instruksi pembuatan produk sesuai dengan apa yang disampaikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H