Readiness atau kesiapan adalah kondisi seseorang yang siap untuk belajar atau menerima informasi baru. Kesiapan ini mencakup aspek mental, fisik, dan emosional yang perlu selaras agar seseorang dapat belajar dengan efektif. Contohnya, seorang anak yang siap masuk sekolah biasanya memiliki kemampuan dasar seperti berbicara, berinteraksi, serta memiliki rasa ingin tahu yang besar. Dengan kesiapan ini, proses belajar menjadi lebih mudah karena anak sudah siap secara mental dan fisik untuk menerima dan mengolah pelajaran yang diberikan.
Kesiapan belajar juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti pengalaman, motivasi, dan lingkungan. Anak yang mendapatkan dukungan dari lingkungan yang mendukung, seperti keluarga atau guru yang mendorong, cenderung lebih siap secara emosional dan lebih semangat untuk belajar. Sebaliknya, anak yang merasa kurang didukung mungkin membutuhkan waktu lebih lama untuk merasa siap. Oleh karena itu, menciptakan lingkungan yang positif dan membangun rasa percaya diri pada anak sangat penting dalam membantu kesiapan belajar mereka.
Readiness atau kesiapan itu intinya adalah kondisi seseorang yang udah siap untuk belajar atau menerima sesuatu yang baru. Jadi, kalau kita udah "siap" secara mental, emosional, dan fisik, proses belajarnya bisa jadi lebih lancar dan efektif. Misalnya, anak-anak yang udah siap masuk sekolah biasanya lebih gampang menangkap pelajaran. Readiness ini juga dipengaruhi oleh pengalaman dan motivasi, jadi semakin banyak pengalaman dan keinginan untuk belajar, biasanya semakin mudah juga untuk siap menerima pelajaran baru.
Behavioristik menjelaskan perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi stimulus dan respon, di mana belajar dipahami sebagai perubahan perilaku yang dapat diamati dan diukur. OperanConditioning menekankan perilaku operant yang dapat berulang kembali, sementara Connectionism melihat manusia sebagai organisme yang netral-pasif-reaktif terhadap stimulasi di sekitarnya.
Teori Humanistik menitikberatkan pada memanusiakan manusia dan pengembangan potensi peserta didik. Fokus teori ini adalah peserta didik, dengan pemahaman terhadap perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan pengamatnya. Masa kematangan dianggap sebagai puncak pertumbuhan, melibatkan aspek fisiologis, psikologis, dan pedagogis. Kematangan memiliki peran krusial dalam proses pembelajaran, memastikan bahwa pengajaran sesuatu pada anak terjadi pada saat yang tepat, ketika mereka sudah matang untuk memahami dan menerima materi tersebut.
Teori belajar behavioristik dan humanistik punya cara pandang yang beda soal gimana orang belajar. Behavioristik fokus pada perilaku yang bisa diamati, jadi belajar itu dilihat dari perubahan perilaku yang bisa diukur. Misalnya, kalau seseorang dapat pujian atau hadiah karena berhasil, dia bakal lebih termotivasi buat ngulang perilaku itu lagi. Di sisi lain, teori humanistik lebih fokus ke perkembangan diri dan kebutuhan pribadi seseorang. Humanistik percaya bahwa setiap orang punya keinginan alami untuk berkembang dan mencapai potensi terbaik mereka. Jadi, dalam belajar, teori ini lebih mementingkan pengalaman personal dan keinginan individu buat berkembang, bukan cuma hasil akhirnya.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H