Mohon tunggu...
Muhammad Rizieq Fahmi
Muhammad Rizieq Fahmi Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Pendidikan Geografi

Seorang wanderlust di bidang pendidikan dan ilmu geografi

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Hebat! Siswa MA di Tulungagung Selatan Lakukan Pembelajaran Ini untuk Mengurangi Banjir

10 Agustus 2023   04:21 Diperbarui: 10 Agustus 2023   04:51 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kabupaten Tulungagung memiliki risiko bencana alam hidrometeorologis yang tinggi. Berdasarkan data BPS per tahun 2020, wilayah ini memiliki curah hujan rata-rata 178,75 mm per bulan dengan puncak bulan basah terjadi pada bulan Februari (424 mm per bulan). Jumlah curah hujan ini masih dikategorikan sedang. Namun, ketika memasuki musim penghujan, ada beberapa bulan yang memiliki curah hujan dengan kategori tinggi, sehingga berpotensi terjadi banjir.

Wilayah selatan merupakan salah satu wilayah yang terdampak banjir dengan frekuensi tinggi di Kabupaten Tulungagung. Tepatnya, ada dua kecamatan terdampak, yaitu Kecamatan Campurdarat dan Besuki. Berdasarkan hasil pengamatan melalui wawancara kepada masyarakat sekitar, hampir setiap turun hujan deras dengan durasi satu hingga dua jam pasti terjadi banjir.

Bencana banjir di sini tidak lepas dari karakteristik wilayah yang didominasi oleh karst atau kapur yang ada di Kecamatan Tanggunggunung dan Besuki. Karst memiliki karakteristik relief dan sistem drainase yang khas. Hal ini terbentuk oleh kelarutan batuan kapur (CaCO3) yang tinggi terhadap air. Selain itu, pada beberapa titik juga terlihat adanya beberapa aliran air yang tiba-tiba menghilang dan masuk dalam tanah, kemudian muncul di tempat lain sebagai mata air yang besar.


Alih Fungsi Lahan di Tanggunggunung Sebagai Penyebab Banjir

Umumnya, kawasan karst memiliki sistem drainase air yang unik, begitu juga yang ada di Kecamatan Tanggunggunung dan Besuki. Formasi batuan di sini tersusun oleh batuan kapur yang dengan struktur berongga menyerupai spons. Maka, air yang berada di permukaan sangat mudah terserap ke bawah untuk membentuk aliran sungai bawah tanah dan keluar sebagai sumber mata air di Kecamatan Campurdarat dan Besuki. Namun, apabila air yang keluar memiliki debit dan volume yang besar, maka akan menyebabkan banjir.

Akhir-akhir ini, alih fungsi lahan dari hutan menjadi perkebunan di Kecamatan Tanggunggunung sangat masif. Perkebunan ini dimanfaatkan masyarakat untuk ditanami jagung dan palawija lainnya. Dampaknya, ketika hujan, air sangat mudah terserap ke dalam tanah dan muncul dengan volume besar di beberapa titik. Selain itu, tidak adanya vegetasi hutan menyebabkan terbentuknya limpasan air dalam debit yang besar dan menyebabkan banjir secara cepat.

Pembelajaran Kontekstual Sebagai Peningkatan Kapasitas Kebencanaan Banjir

Dok. Pribadi (2023)
Dok. Pribadi (2023)

Risiko banjir di Kecamatan Campurdarat dan Besuki perlu segera diminimalkan, salah satunya melalui upaya peningkatan kapasitas kebencanaan. Upaya ini dapat dimulai dari lingkungan sekolah pembelajaran formal maupun informal secara kontekstual. Pembelajaran secara kontekstual memfasilitasi siswa untuk belajar melalui sumber belajar lingkungan sekitar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun