Mohon tunggu...
Muhammad RizaSetiawan
Muhammad RizaSetiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sosiologi FIS UNJ

Pengen Ngaji

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Penangganan DBD di Daerah Rawamangun

17 Mei 2022   19:28 Diperbarui: 17 Mei 2022   19:33 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

     Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegypti. DBD masih menjadi penyakit yang mengerikan bagi masyarakat, tenaga kesehatan, dan juga pemerintah. Salah satu faktor penyebab mudahnya penyebaran penyakit DBD adalah kepadatan penduduk dan perilaku masyarakat yang kurang sadar akan kebersihan. Juru Pemantau Jentik (jumantik) merupakan warga masyarakat setempat yang dilatih untuk memeriksa keberadaan jentik di tempat tempat penampungan air. Jumantik merupakan salah satu bentuk gerakan atau partisipasi aktif dari masyarakat dalam menanggulangi penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang sampai saat ini masih belum dapat diberantas tuntas. Adanya jumantik yang aktif diharapkan dapat menurunkan angka kasus DBD melalui kegiatan pemeriksaan jentik yang berulang-ulang pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), Serta  penyuluhan kepada masyarakat. Adanya pemberdayaan masyarakat melalui jumantik. diharapkan masyarakat dapat secara bersama-sama mencegah dan menanggulangi penyakit DBD secara mandiri yakni dari oleh dan untuk masyarakat. kami sudah mengidentifikasi sejumlah masalah yang akan dipakai sebagai sebuah bahan penelitian sebagai berikut:

DBD pertama kali ditemukan di Indonesia dengan angka tertinggi tahun 1968 di Surabaya. Dari 58 kasus yang meninggal sebanyak 24 orang.

  • Tahun 2016 kasus menjadi 202.314 dengan jumlah kematian 1.593 dan menurut data dari Kementrian Kesehatan yang dirilis pada 3 Februari 2019 menunjukkan jumlah kasus DBD terbanyak di Jawa Timur yang mencapai 20 persen dari total kasus yang diterima. Bagian dari tujuan pembangunan 2030/Suistanaible Development Goals (SDGs) yaitu menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala usia. Disisi lain DBD merupakan penyakit yang menular maka perlu ada penanganan.

     Karena permasalahan tersebut yang dapat menewaskan sebagian penduduk Indonesia sehingga pemerintah turun tangan untuk menyelesaikan kasus DBD yang akan merajalela dan menimbulkan endemi. Penanganan permasalahan ini dilakukan dengan mensosialisasikan para stakeholder yang berada dalam tingkat daerah, seperti provinsi, kabupaten/kotamadya, kecamatan, kecamatan, kepala desa, ketua RW, dan ketua RT mengenai kegiatan untuk memberantas DBD. Kemudian sosialisasi tersebut membuat para kepala desa, ketua RW dan ketua RT membuat program JUMANTIK dan mengaktifkan lembaga kemasyarakatan di sekitar lingkungan dengan membuat program kerja yang menyangkut penanganan kasus DBD. 

Program Juru Pemantau Jentik (JUMANTIK)

Jumantik merupakan program yang dibuat oleh Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Jumantik atau Juru Pemantau Jentik adalah orang yang melakukan pemeriksaan, pemantauan, dan pemberantasan jenis nyamuk khususnya Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Program JUMANTIK yang sedang dilaksanakan oleh para stakeholder dan warga Jl. Sunan Giri No. 5 RT 08/RW 15, Rawamangun, Kec. Pulo Gadung. Program ini diprakarsai oleh ketua RT sebelumnya dengan tujuan untuk menanggulangi penyakit DBD yang dibasmi melalui jentik-jentik nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus di area sekitar rumah RT 08/RW 15. Pelaksanaan kegiatan tersebut sudah lama ada dari sebelum awal DBD datang dan menjangkit serta setiap tahun kegiatannya terus berjalan. 

Program JUMANTIK dilaksanakan setiap hari Jumat, yang dipimpin oleh ketua JUMANTIK beserta ibu-ibu lainnya sebagai anggota untuk memeriksa, memantau, dan memberantas jentik-jentik nyamuk di sekitar genangan air yang berada di area rumah per kepala keluarga RT 08/RW 15. Mekanisme program JUMANTIK dilakukan secara online selama pandemi COVID-19, dengan sistem kerjanya setiap kepala keluarga memfoto sudut-sudut yang dapat menjadi tempat genangan air dan jentik, serta bak mandi. Kemudian foto tersebut dikirim melalui WhatsApp. Namun sebelum adanya pandemi, cara kerja program tersebut melakukan pemeriksaan, dan pemantauan secara langsung dan berkala di wilayah RT 08/ RW 15 oleh para stakeholder JUMANTIK. Dalam mensukseskan program JUMANTIK, tidak terlepas dari keterlibatan para stakeholder dalam membantu mewujudkan program JUMANTIK, seperti lurah wilayah setempat Kader Kesehatan, ketua rukun warga (RW), ketua rukun tetangga (RT), dan anggota Program JUMANTIK yang dominasi oleh Ibu-Ibu. Peran stakeholder tersebut sebagai pengawas, penanggung jawab dan pelaksanaan jalannya Program JUMANTIK di wilayah RT 08/ RW 15. 

Berlangsungnya program JUMANTIK, faktanya memiliki manfaat bagi warga RT 08/RW 15 sebagai upaya pencegahannya. Hal yang pertama kali dilakukan ketika terdapat informasi mengenai warga yang terjangkit DBD, Ketua RT dan para stakeholder langsung melakukan tindakan dengan membuat program JUMANTIK dan juga melakukan fogging yang langsung bekerjasama dengan Kelurahan Rawamangun. Dengan pelaksanaan Fogging yang dilaksanakan seminggu dalam 2 kali ketika terjadi kasus. Selanjutnya keberhasilan dalam program tersebut, seperti pelaksanaannya dapat berjalan dengan lancar dan sesuai arahan, hal tersebut dibuktikan dengan warganya juga dapat diajak bekerjasama untuk memberantas jentik-jentik nyamuk demam berdarah. Hal tersebut yang membuat salah satu merasa puas dengan program karena sangat membantu untuk mencegahan adanya penyakit demam berdarah secara berkelanjutan dan dengan adanya program jumantik ini juga membuat kami termotivasi untuk ikut serta hidup sehat dan mencegah penyebaran demam berdarah.

Disamping terdapat kelebihan dan keberhasilan, faktanya masih memiliki kekurangan dan kendala dalam pelaksanaannya. Kekurangan dan kendala yang dirasakan oleh para stakeholder beserta warga karena kurangnya keefektifan dalam menjalankan program tersebut, seperti  semenjak adanya pandemi yang mengharuskan program tersebut berjalan secara online, ada beberapa warga yang tidak berada dirumah, sehingga membuat stakeholder program JUMANTIK kesusahan untuk mengecek jentik di bak mandi yang berada di dalam rumah. Selain itu, terdapat warga yang malas untuk mengirim foto bak mandi di rumahnya sendiri. Hal ini yang membuat salah satu warga merasa kurang puas dengan program yang dijalankan. Tidak hanya itu, terdapat alasan lainnya, yaitu program tersebut dilakukan dengan tidak rutin dengan pemeriksaan dilakukan setiap 6 bulan sekali

Berikut grand design dari program JUMANTIK: 

Permasalahan yang dialami oleh warga RT 08/RW 15 hingga membentuk program JUMANTIK: 

  • Angka penyakit DBD di Indonesia yang masih tinggi
  • Kesadaran yang rendah dalam menjaga kebersihan lingkungan
  • Lingkungan padat penduduk mempermudah penularan penyakit.
  • Curah hujan yang tinggi mempermudah pengembangbiakan nyamuk aedes aegepty di tempat yang terdapat banyak barang bekas 

Solusi yang diberikan untuk menangani permasalahan pemberantasan kasus DBD diantaranya: 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun