pesantren bertahun-tahun, kemudian pulang ke tanah kelahiran dengan membawa ilmu dan mengamalkannya. Ada yang menjadi ustadz di madrasah, mushola, masjid, menjadi muadzin, dan paling tinggi menjadi kiai. Adapun untuk menafkahi keluarga secara ekonomis, umumnya dengan menjadi petani, buruh bangunan, dan pedagang. Mengingat riwayat pendidikan yang terbatas hanya lulusan pesantren.
Zaman telah berubah menghembuskan sejarah  masa lalu dan mengukir sejarah masa kini. Santri zaman dulu setelah mengenyam pendidikan diKini zaman kian berkembang dan paradigma masyarakat pun ikut berkembang. Sehingga santri yang menjadi perancang karakter masyarakat harus ikut berkembang pula. Dalam arti-an, di masa yang modern dan kebutuhan masyarakat mulai meningkat, santri di samping pembimbing agama, juga harus menjadi penopang kebutuhan masyarakat. Dan hal ini juga lah yang bisa menarik masyarakat awam untuk lebih berkenan belajar agama dengan santri yang mempunyai finansial berlimpah. Karena ketika santri mengamalkan ilmu agamanya, ia tidak akan berharap imbalan sedikit pun dari masyarakat. Â
Santri Harus KayaÂ
Bagi santri masa kini, hendaknya bisa mempunyai  finansial yang berkecukupan sehingga bisa memperjuangkan agama dengan lancar. Ketua umum PBNU  yakni KH. Said Aqil Siroj pernah berkata "Tidak mungkin ngomong berjuang, ngomong ngurusi orang kecil tanpa menata perekonomian. Semua butuh biaya," tegas beliau. Para ulama terdahulu pun banyak mempublikasikan agama melalui finansial. Seperti Sahabat Abu Bakar, Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Muhammad bin Hasan Asy-Syaibani (murid Imam Abu hanifah), hingga salah satu dari wali empat kutub Syech Abdul Qodir Al Jaelani.
Di masa sekarang ini mendapatkan penghasilan bisa dengan metode apa saja. Bisa dengan cara formal, seperti mengandalkan ijazah sarjana, maupun non-formal dengan mengandalkan usaha dan kreativitas sendiri. Terkhusus kaum santri, pemerintah telah membuka wadah baru yaitu Masyarakat Ekonomi  Syariah (MES) untuk melahirkan banyak wirausaha-wirausaha dari kalangan santri. Banya pula beasiswa pendidikan khusus santri dari berbagai lembaga, sehingga seorang santri mempunyai masa depan cerah. Dan bisa juga, belajar secara otodidak dalam mengolah usaha sampai sukses. Semuanya sudah tersedia tinggal bagaimana seorang santri itu memanfaatkannya.
Sampai saat ini banyak para santri dan kiai mulai  merintis usaha maupun jasa untuk kemaslahatan pribadi dan umat. Hasilnya pun cukup relevan, banyak dari kaum santri yang sudah mapan dalam finansial menyumbangkan sebagian hartanya untuk agama. Seperti untuk pembangunan pondok pesantren, masjid, panti asuhan, santunan anak yatim, bantuan korban bencana, sedekah kepada fakir miskin, dan masih banyak lagi. Ini menunjukan betapa manfaatnya harta digunakan oleh orang yang tepat.
Santri masa kini,  atau lebih dikenal dengan sebutan "santri zaman now", merupakan santri milenial yang harus mempunyai himmah yang kuat untuk menjadi kaya raya supaya bisa membantu sesama umat manusia. Hal  ini di perkuat oleh ulama terkemuka saat ini, KH. Ahmad Bahauddin Nursalim, Beliau pernah berkata "Orang saleh boleh bahkan harus menguasai harta. Karena jika harta dikuasai orang fasik maka akan menimbulkan mudarat dan maksiat,". Kebolehan bahkan keharusan orang alim kaya, juga diqiyaskan kepada kekuasaan. Maka paradigmanya sama, yakni kekuasaan harus dipegang orang-orang saleh. Sebab jika kekuasaan jatuh ke tangan orang fasik, bisa menimbulkan bahaya.
Semooga Allah SWT meng-anugerahkan harta dan jabatan kepada kita dan meng-alokasikannya dengan  benar. Aamiin...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H