Mohon tunggu...
Muhammad Rivaldy
Muhammad Rivaldy Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya adalah bermain basket dan saya suka bermain video game

Selanjutnya

Tutup

Analisis

"Peran Mahkamah Internasional dalam Menyelesaikan Kasus Genosida"

16 Desember 2024   11:54 Diperbarui: 16 Desember 2024   12:18 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Mahkamah internasional sumber: https://images.app.goo.gl/jHaxu4Q6qakQ1mCj6

Mahkamah Internasional (MI) memegang peran penting dalam menyelesaikan kasus-kasus genosida dan menjadi simbol harapan bagi banyak korban di seluruh dunia. Sebagai lembaga peradilan tertinggi, MI memberikan jalan bagi negara-negara dan kelompok yang mengalami pelanggaran berat untuk mencari keadilan. Dalam beberapa kasus besar, seperti genosida di Srebrenica yang melibatkan Bosnia dan Serbia, MI berhasil mengakui kejahatan yang terjadi dan memberikan putusan yang menjadi landasan hukum internasional. Hal ini menunjukkan bahwa MI bisa menjadi alat penting untuk mendorong tanggung jawab negara dan mengakui penderitaan para korban.

Gambar warga Rohingya sumber: https://images.app.goo.gl/gcxbtW1kd9AT4oyN6
Gambar warga Rohingya sumber: https://images.app.goo.gl/gcxbtW1kd9AT4oyN6

Namun, peran MI tidak lepas dari keterbatasan. Salah satu masalah utamanya adalah tidak adanya mekanisme untuk memastikan bahwa putusan yang dikeluarkan benar-benar dijalankan. MI hanya bergantung pada itikad baik negara-negara untuk mematuhi putusannya, yang sering kali diabaikan atau ditunda.

 Misalnya, dalam kasus Myanmar terkait genosida terhadap etnis Rohingya,  Penyelesaian kasus genosida terhadap Rohingya di MI merupakan langkah penting untuk mencari keadilan bagi korban. MI memutuskan apakah Myanmar melanggar Konvensi Genosida 1948, namun tidak bisa memaksa negara tersebut untuk mengeksekusi putusannya. Implementasi keputusan sangat bergantung pada dukungan politik internasional, yang sering terhalang kepentingan negara-negara besar seperti China dan Rusia. Selain itu, MI tidak bisa mengadili individu secara langsung, sehingga lembaga lain seperti Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) dibutuhkan untuk mengadili pelaku kejahatan. 

Proses ini penting tidak hanya untuk Rohingya, tetapi juga untuk memperkuat komitmen dunia terhadap hak asasi manusia dan hukum internasional.meskipun MI telah mengeluarkan perintah agar pemerintah Myanmar melindungi Rohingya, kenyataannya perintah ini sulit diterapkan secara nyata.

Selain itu, proses hukum di MI sering berjalan lambat, membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk mencapai putusan akhir. Hal ini membuat banyak korban merasa bahwa keadilan datang terlalu terlambat atau bahkan tidak relevan lagi. MI juga kerap dianggap sebagai alat formalitas belaka karena sering kali tidak bisa terlepas dari pengaruh politik global, terutama dari negara-negara besar.

Meski begitu, MI tetap memiliki arti penting. Ia memberikan ruang bagi korban untuk menyuarakan apa yang mereka alami dan menciptakan tekanan internasional bagi negara-negara yang melanggar hukum. Untuk memastikan perannya lebih efektif, MI perlu bekerja sama dengan lembaga-lembaga lain, seperti Pengadilan Kriminal Internasional (ICC), serta mendapatkan dukungan penuh dari komunitas internasional.

Harapan terhadap MI masih besar. Meski ada banyak tantangan, lembaga ini tetap menjadi simbol keadilan di tingkat global. Agar tidak hanya menjadi formalitas, MI harus terus berupaya meningkatkan daya tahannya terhadap pengaruh politik dan memastikan bahwa putusannya berdampak nyata bagi para korban genosida. Keberhasilan MI pada akhirnya tergantung pada komitmen semua pihak untuk menjunjung tinggi hukum internasional.

Foto persetujuan antar negara sumber: https://images.app.goo.gl/StH9YKvSZ8UBmiGr7
Foto persetujuan antar negara sumber: https://images.app.goo.gl/StH9YKvSZ8UBmiGr7

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun