Mohon tunggu...
Muhammad Rifqy Nur Fauzan
Muhammad Rifqy Nur Fauzan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Tuhan selalu memberikan ilmu melalui alam dan fenomena yang terjadi tanpa disadari oleh manusia

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Narasi Diri dan Badai Epistemologi

15 Juni 2022   08:46 Diperbarui: 15 Juni 2022   09:39 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi: Merdeka.com

Semula aku hanya cairan, menerobos masuk dalam kandungan. Berbulan-bulan aku di sana, bergerak bermetamorfosa. Gelap tanpa cahaya, sendiri tanpa saudara.

Sembilan bulan berlalu. Dorongan kuat menghempasku. Menuntunku ke lubang kecil, yang semula aku masuki. Sudah nasibku, masuk didorong, keluar didorong.

Dari proses masuk dan keluarnya aku, ada perempuan menahan perih, robek bagian tubuhnya. Ada luka, ada suka. Ada derita, ada bahagia. Cemas bercampur harap. Pada satu hentakan terakhir, aku terlahir.

Kilauan lampu silaukan mataku. Aku menangis gelisah, orang-orang malah sumringah. Kulihat perempuan cantik terkulai lemas. Lelaki di sampingnya mendekatiku, melantunkan sesuatu di kupingku, ia mengazaniku. Doktrin ketauhidan, di awal kelahiran.

Hari-hari berlalu. Panca indraku kian berfungsi, mereaksi dan mempersepsi. Tapi aku masih begitu rapuh, tak mampu berjalan apalagi berlari. Hanya berpindah dari gendongan ke pangkuan.

Masa-masa itu, kulalui hari dengan tidur. Sesekali menangis karena lapar. Ah, perempuan cantik itu begitu sigap. Mendengar tangisanku, ia langsung mendekap. Dengan nyanyian dan air susunya, aku kembali terlelap.

Waktu adalah aliran sungai, mengalir tanpa peduli. Kini aku di ujung belia. Usiaku bertambah, tidurku berkurang. Makan dan bebanku ikut bertambah. Pengetahuan dan kesadaranku, entah.

Lalu masuklah aku usia puluhan. Kulihat orang-orang berbincang, tentang alam, manusia dan Tuhan. Kulihat tua muda ibadah, rela mati demi agama.

Kuarahkan pandangan ke diriku. Kucermati identitasku. Ternyata aku sudah berbusana. Aku sudah beragama, sudah beriman dan meyakini Tuhan. Entah siapa yang kenakan busana-busana itu padaku, atau mungkin paksakan tanpa sadarku. Aku tak tahu.

Selaksa tanya menari dalam fantasi. Berlusin hari dipenuhi kontemplasi. Tuhan, alam, diri, iman bahkan kopi di hadapan, turut kurenungi. Evaluasi atas apa yang sudah kuyakini, dimulai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun