Sebagai negara terjajah selama kurang lebih 3,5 abad, kita merdeka. Bisa dikatakan Indonesia tempat kita tinggal adalah negara yang merdeka. Berkat perjuangan para pejuang kemerdekaan, para penjajah meninggalkan negeri ini. Tanggal 17 Agustus dimaksudkan untuk memperingati hari bersejarah. Jangan pernah lupa bahwa kita hidup di negara yang merdeka.
Indonesia merdeka, meski korupsi mewabah. Indonesia tetap merdeka, meski penjarahan dan perusakan alam semakin tidak masuk akal. Ketimpangan sosial dan ekonomi, rendahnya biaya pendidikan dan kesehatan, politik yang tidak bermoral, atau bahkan pemaksaan agama dan kepercayaan, bukanlah tanda-tanda bahwa suatu negara tidak merdeka.
Negara dikatakan tidak merdeka jika dijajah oleh negara lain, baik secara militer maupun budaya. Suatu negara tidak merdeka jika kehilangan independensi dalam menentukan masa depannya. Dalam perspektif ini, negara kita, Indonesia, merdeka.
Jadi sebagai negara kita sudah dan mandiri. Lantas, sebagai warga negara, sebagai masyarakat yang hidup di negara merdeka, apakah kita masih bebas?
Mungkin kita belum cukup mandiri. Kalau benar demikian, maka benarlah kita adalah bangsa yang terjajah di negara yang merdeka.Paulo Freire, seorang filsuf Brazil, pernah berkata: "Kebebasan itu direbut,Kebebasan harus selalu dikejar. Kebebasan bukanlah suatu hal yang terletak di luar manusia; kebebasan juga bukan mitos. Kebebasan adalah hal yang sangat diperlukan untuk mencapai hidup manusia yang utuh."
Seperti yang kita baca dalam firman Tuhan yang Maha suci, fa alhamaha fujuroha wa taqwaha, manusia adalah arena pertarungan kebenaran dan kebatilan. Manusia berada dipersimpangan jalan; menuju kebaikan atau keburukan.Â
Lalu dilanjutkan, qod aflaha man zakkaha, wa qod khoba man dassaha. Sungguh menang dan bahagialah dia yang menyucikannya, serta sungguh kalah dan rugilah mereka yang mengotorinya. (QS As-syams ayat 7-10)
Manusia adalah satu dan dua entitas. Salah satu dari kami memiliki dua orang; untuk saya ori dan untuk saya KW. Diri asli adalah dimensi kemanusiaan, rasionalitas. Sedangkan diriku adalah dimensi hewaniah.
Harga diri kita masing-masing ditentukan oleh dimensi yang mendominasi kita. Apakah dimensi hewani yang memperbudak dimensi manusia kita, ataukah dimensi manusia yang menguasai dimensi hewani kita? Anda yang memutuskan.Dapat dipastikan berbagai tindakan eksploitasi terhadap alam atau orang lain merupakan wujud kemenangan penulis KW atas penulis aslinya, wujud memilih jalan kejujuran dan ketidaktahuan akan jalan ketakwaan. Dan mereka adalah orang-orang yang belum merdeka, yang telah dijajah oleh dimensi hewaninya.
Manusia merdeka adalah orang yang dimensi kemanusiaannya menaklukkan dimensi hewaninya, yang kecerdasannya menjadi raja dan kendali atas nafsunya. Saat itu yang muncul darinya adalah pengabdian, kepedulian, pengorbanan dan berbagai amalan sempurna lainnya.
Negara merdeka di tangan manusia merdeka adalah medan juang untuk menyempurnakan diri, walau harus dibayar dengan matinya diri.