Mohon tunggu...
Muhammad Rifqi Saifudin
Muhammad Rifqi Saifudin Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger dan Pelayan Masyarakat

Menjalani hidup ditemani angka di suatu tempat dengan sesuatu yang bernama keuangan. Menghabiskan sisa hari dengan membaca buku, menulis isi hati, dan menonton film.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Posisi ASN di Pemilu

20 Januari 2024   11:11 Diperbarui: 20 Januari 2024   11:17 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) harus bersikap netral saat pemilu, tapi berbeda dengan polisi dan tantara yang tidak mempunyai hak pilih karena ASN masih bisa memilih. Prinsip pemilu adalah LUBER JURDIL (Langsung Umum Bebas Rahasia Jujur Adil), ada kata-kata rahasia disitu. ASN diberikan hak memilih tapi pilihannya tidak boleh disampaikan dengan gambling ke umum. Terlibat aktif di politik bagi ASN juga haram hukumnya. Lalu, apakah artinya ASN harus apatis terhadap politik?

Tidak terlibat politik praktis bukan berarti ASN hanya diam saja ketika pesta demokrasi berlangsung, apalagi tahun ini merupakan pemilu yang besar. Ada pemilihan presiden, gubernur, walikota, bupati, sampai anggota dewan. Nasib bangsa 5 tahun ke depan ditentukan oleh suara yang diberikan nanti di kotak suara.

Salah satu pemilihan yang nanti diselenggarakan 14 Februari adalah pemilihan presiden. Kali ini presiden semuanya baru karena Joko Widodo sudah menjabat selama dua periode. Saat ini ditulis, sudah dilaksanakan dua kali debat calon presiden (capres) dan satu kali debat calon wakil presiden (cawapres). Masa kampanye juga sudah berjalan dengan berbagai langkah di masing-masing kubu.

Politik praktis haram bagi ASN, tapi berdiskusi mengenai kepolitikan adalah keharusan sebagai warga negara yang baik. Diskusi mengenai visi misi kandidat dan dampaknya terhadap Indonesia ke depan adalah cara-cara yang bisa dilakukan ASN untuk turut ambil bagian dalam kisah pemilu edisi kali ini.

ASN adalah pegawai yang digaji oleh uang rakyat untuk menjalankan pemerintahan. Siapapun nanti yang terpilih, kebijakan yang ada akan dijalankan oleh ASN. Ini artinya penting bagi ASN memilih calon pemimpin yang pantas untuk menjadi atasan. Penting ASN memahami kira-kira mana yang akan membuat kebijakan yang akan membawa Indonesia ke arah yang lebih baik.

Hal lain yang bisa dilakukan adalah turut serta menjaga perdamaian antar pendukung. Pemilu 2019 sempat membawa hawa tidak enak di masyarakat karena perbedaan dukungan.  Hal semacam ini jangan sampai terjadi lagi. Berbeda pihak yang didukung adalah hal wajar, tapi jangan sampai hal ini menjadikan kita jauh dengan orang lain.

Perbedaan dukungan harusnya disikapi sebagai cara untuk memilih sesuatu dari perspektif yang berbeda. ASN dapat menjembatani pihak-pihak yang berbeda ini untuk diskusi, saling berbincang mengenai kelebihan dan kekurangan kandidat dukungan masing-masing. Ini akan menguatkan ikatan antar sesama dan juga menjadi pembuka pikiran bahwa sebenarnya masing-masing kandidat pasti ingin memajukan Indonesia, namun dengan cara yang berbeda saja. Siapapun yang terpilih tentunya kita akan tetap bertetangga dan saling bertegur sapa. Jangan sampai hadirnya pemilu menciptakan permusuhan yang sebelumnya baik-baik saja.

ASN dapat memulai langkah ini dengan lingkungan sekitar, seperti keluarga atau pertemanan. Ajak diskusi sehat dengan berfokus pada visi misi ke depan masing-masing calon. Keterlibatan ASN dalam pemerintah juga bisa menjadi salah satu cara agar diskusi yang ada lebih terarah.

Hasil diskusi ini juga bisa menjadi masukan bagi pemerintah untuk membuat kebijakan. Nantinya ketika pemimpin sudah terpilih, ASN dapat menjadi corong bagi masyarakat untuk menyampaikan aspirasi yang dulu mereka diskusikan ketika menentukan pilihan.

Tidak ikut politik praktis bukan berarti ASN pasif. ASN digaji rakyat untuk menjalankan pemerintah, kalau tidak acuh terhadap pemilu sama saja dengan tidak peduli dengan kondisi Indonesia selanjutnya. Apakah pantas ASN seperti itu?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun