Mohon tunggu...
Muhammad Rifqi Saifudin
Muhammad Rifqi Saifudin Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger dan Pelayan Masyarakat

Menjalani hidup ditemani angka di suatu tempat dengan sesuatu yang bernama keuangan. Menghabiskan sisa hari dengan membaca buku, menulis isi hati, dan menonton film.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Warisan Masa Depan

17 Januari 2024   20:45 Diperbarui: 17 Januari 2024   20:58 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

YOLO, You Only Live Once alias kamu cuma hidup sekali, kalimat ini seringkali diartikan bahwa hidup yang kita jalani bebas semau kita, toh hidup cuma sekali. Kalau begitu harus dinikmati, bukan begitu? Tentu saja bukan dong. YOLO tidak hanya bisa diartikan bahwa hidup bebas semaunya karena cuma sekali, tapi ini adalah prinsip untuk kita berpikir bagaimana agar hidup bisa bermanfaat karena cuma bisa menjalaninya sekali.

Andaikala Tidak Ada Reinkarnasi

Kita kesampingkan dulu teori reinkarnasi, mari sama-sama menyatukan frekuensi bahwa sebagai manusia kita hanya hidup sekali, tidak ada kisah kehidupan di masa selanjutnya. Masalah reinkarnasi kita bahas habis ini.

Ada sebuah teori bernama efek kupu-kupu. Teori ini menjelaskan bahwa satu kepakan sayap kupu-kupu akan menjadi badai di tempat lain, mirip seperti riak air yang akan semakin melebar ketika menjauh dari sumbernya. 

Teori ini sebenarnya sulit terjadi karena nyatanya riak air akan hilang dengan sendirinya dan kepakan sayap pun bertahan cuma beberapa detik, apalagi hanya sekadar kupu-kupu yang begitu kecil dibandingkan bumi. Tapi bayangkan kalau ini benar-benar terjadi. Tiap perbuatan kecil yang kita buat berdampak besar bagi kehidupan. Contohnya adalah banjir.

Ah, cuma buang sampah bungkus permen di sungai berdampak apa sih buat lingkungan? Pola pikir ini apabila dibiarkan akan menjadi budaya. Seminggu sekali membuang satu bungkus permen lama-lama akan menjadi sumbatan. Belum lagi kalau ada orang yang melihati dan berpikir, loh dia aja buang di sungai, kenapa aku harus ngantongin sampah, buang juga ah. Hal ini akan membuat di masa depan tempat tersebut menjadi langganan banjir.

Lalu, apakah kita akan menjadi seperti orang yang membuang bungkus permen di sungai? Tidak perlu terlalu ekstrim dengan menjadi relawan pembersih sungai. Cukup dengan mengantongi sampah dan membuangnya di tempat sampah. Ini salah satu cara menghindari riak atau kepakan kecil yang berdampak terhadap lingkungan ke depannya.

Sebagai penulis, warisan lain yang bisa kubuat adalah melalui tulisan. Ketika menulis maka kita sedang merintis keabadian. Selama tulisan kita ada maka ribuan tahun setelahnya pun kita masih hidup. Apalagi sekarang di era digital. Dulu mungkin tulisan-tulisan akan hilang, kertas-kertas akan menguning sehingga tidak terbaca. Adanya internet membuat tulisan bisa tersimpan dengan rapi.

Bagaimana Jika Ada Reinkarnasi?

Di awal kita kesampingkan reinkarnasi. Sekarang bagaimana kalau reinkarnasi benar-benar ada? Jiwa kita akan terus berganti raga ketika mati. Bagiku tulisan adalah salah satu cara berkomunikasi dengan penerus jiwa ini. Ketika reinkarnasi kita juga manusia, maka ada kemungkinan ia akan membaca tulisan kita. Salah satu warisan yang penting. Masa depan tidak ada yang tahu, kehidupan setelah kematian pun diceritakan beragam tergantung apa kepercayaan. Terlepas dari itu semua, tulisan kita akan terus abadi.

Warisan untuk masa depan bisa apa saja, tak perlu soal tulisan. Segala hal yang diperlihatkan melalui tulisan, omongan, ataupun perbuatan dapat berdampak bagi masa depan. Kita hanya kupu-kupu kecil dibandingkan semesta, tapi siapa yang tahu kalau kepakan kita akan berdampak banyak di masa yang entah kapan.

Jadi, apa warisan kalian untuk generasi mendatang?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun