Manusia merupakan makhluk yang diciptakan oleh Tuhan untuk menjadi khalifah di muka bumi. Manusia diciptakan Tuhan dengan kesempurnaan yang maksimal karena di sertai dengan fitrah. Fitrah dapat di artikan sebagai kesucian karena manusia itu diciptakan oleh Tuhan dalam keadaan suci.
Fitrah juga dapat diartikan sebagai potensi/akal sehat karena manusia diciptakan oleh Tuhan dengan memiliki potensi dan akal sehat. Kedua arti tersebut sangat berkesinambungan, mengapa ? Karena manusia yang berakal sehat pasti akan menjaga kesuciannya. Manusia yang sehat juga pasti akan terus menggali potensi yang ia miliki (berusaha untuk terus mencapai kesempurnaan).
Karena manusia diciptakan oleh Tuhan dengan kesempurnaan fitrah, maka Tuhan memberikan hak dan kewajiban untuk umat manusia dalam menjalani kehidupan di dunia.
Hak adalah kebebasan yang ada di dalam diri manusia untuk memiliki atau melakukan sesuatu sesuai hati nurani, tanpa adanya ancaman dan paksaan dari pihak lain. Sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang harus dilakukan/dilaksanakan manusia dengan penuh tanggung jawab.
Tidak ada yang boleh merampas hak dan kewajiban manusia siapapun manusianya, baik itu anak terhadap orang tua, orang tua terhadap anak, murid terhadap guru, dan juga guru terhadap murid, serta yang lainnya karena setiap manusia memiliki hak dan kewajiban yang sama.
Namun bukan berarti seorang anak dan murid boleh melawan orang tua dan guru, dan bukan berarti orang tua dan guru tidak boleh memberikan nasihat & meluruskan anak dan murid disaat mereka (anak dan murid) sedang salah jalan (tersesat). Bukan berarti juga anak dan murid tidak boleh berpendapat dihadapan gurunya.
Semua manusia berhak menjalankan haknya dengan disertai dengan kewajibannya. Tujuannya adalah agar manusia dapat mencapai titik maksimal dalam memahami hakikat dari hak dan kewajibannya.
Dengan adanya hak dan kewajiban di dalam diri manusia, itu artinya Tuhan tidak mau ikut campur akan kehidupan manusia dimuka bumi. Buktinya ada dalam Alquran surat Ar-Rad ayat 11 : "Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum hingga mereka mengubah diri mereka sendiri".
Bahkan tidak hanya itu, di dalam riwayat dikatakan dari Sahl bin Sa'd berkata: "Rasulullah SAW bersabda:
تَانِي جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ، فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ عِشْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَيِّتٌ، وَأَحْبِبْ مَنْ شِئْتَ فَإِنَّكَ مَفَارِقُهُ، وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَجْزِيٌّ بِهِ،
"Jibril mendatangiku lalu berkata: "Wahai Muhammad! Hiduplah sesukamu, karena sesungguhnya kamu akan mati. Cintailah siapa yang kamu suka, karena sesungguhnya engkau akan berpisah dengannya. Dan berbuatlah sesukamu, karena sesungguhnya engkau akan diberi balasan karenanya. [HR. ath-Thabarani dalam al-Mu'jam al-Ausath no 4278, Abu Nu'aim dalam Hilyatul Auliyaa, al-Hakim dalam al-Mustadrak 7921