Jakarta Barat, 3 Januari 2024 - Rokok elektrik atau vape menjadi salah satu tren di kalangan generasi muda Indonesia. Citranya yang modern, stylish dan diklaim sebagai alternatif "lebih aman" daripada rokok konvensional yang menjadikan perangkat ini begitu atraktif. Namun, di balik asap semu dan rasa yang menggoda, tersimpan realitas pahit, terdapat berbagai dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh rokok elektrik, risiko kesehatan signifikan yang mengintai para penggunanya, khususnya generasi muda yang rentan terhadap efek jangka panjang.
Rokok elektrik mengandung berbagai zat berbahaya, termasuk nikotin, formaldehida, logam berat, dan diacetyl. Zat-zat ini dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, seperti kanker, penyakit jantung, gangguan pernapasan, dan kerusakan otak. Penggunaan rokok elektrik juga dapat meningkatkan risiko kecanduan nikotin, terutama pada remaja. Rokok elektrik bukanlah alternatif yang lebih aman daripada rokok konvensional. Pernyataan tersebut didukung oleh Christian(23 tahun) seorang karyawan di perusahaan kontraktor swasta.
"Awalnya sih coba-coba, tapi lama-lama malah ketagihan. Sekarang kalau sehari nggak ngevape, rasanya kayak ada yang kurang," ucap Christian, Â saat diwawancarai di Kopi Kenangan Ruko Taman Mutiara Palem Jakarta Barat, pada Rabu(3/1/2024).
Christian mengaku sudah menjadi pecandu rokok elektrik sejak dua tahun lalu. Awalnya, ia mencoba rokok elektrik karena melihat teman-temannya menggunakan alat ini, dan berbagai varian rasa yang ditawarkan membuat dirinya tertarik. Dirinya merasa rokok elektrik lebih aman dan stylish daripada rokok konvensional. Namun, setelah menggunakan rokok elektrik selama dua tahun, Christ menyadari bahwa alat tersebut memiliki dampak negatif yang signifikan mulai dirasakan terhadap kesehatannya.
"Awalnya, saya merasa lebih sehat setelah menggunakan rokok elektrik. Saya tidak lagi batuk-batuk seperti saat menggunakan rokok konvensional. Namun, seiring berjalannya waktu, saya mulai merasakan berbagai masalah kesehatan, seperti sakit kepala, mual, dan sesak napas setiap saya menggunakannya," kata Christian.
Christian dengan jujur mengaku bahwa dirinya mengalami kesulitan untuk berhenti menggunakan rokok elektrik. Hal ini terjadi karena rokok elektrik mengandung nikotin,sebuah zat yang dikenal sebagai adiktif, sehingga membuat penggunanya menjadi kecanduan.
"Saya sudah mencoba berhenti berkali-kali, tapi selalu gagal. Setiap saya berhenti beberapa hari aja, ujung-ujungnya saya coba lagi, kepala saya ngerasa pusing kalo ngga ngevape. Nikotin di rokok elektrik membuat saya ketagihan, dilain sisi saya niatnya sih mau berhenti pelan-pelan, soalnya takut kesehatan saya terancam," kata Christian.
Selain Christian, banyak pengguna rokok elektrik yang merasakan dampak negatif yang diakibatkannya.
Rokok elektrik mengandung nikotin, yang dapat menyebabkan kecanduan dan meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan kanker. Uap rokok elektrik juga dapat mengiritasi saluran pernapasan dan menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk asma, bronkitis, pneumonia, dan PPOK. Selain itu, uap rokok elektrik juga dapat menyebabkan masalah kesehatan lainnya, seperti kerusakan gigi dan gusi, masalah pendengaran, masalah reproduksi, dan masalah kesuburan.
Sementara itu, seorang Personal Trainer, Muhammad Dhanu Prastanto(21 tahun) mengaku prihatin dengan maraknya penggunaan rokok elektrik di kalangan generasi muda Indonesia. Dia melihat bahwa rokok elektrik sering digambarkan sebagai alat yang lebih aman daripada rokok konvensional. Namun, Dhanu menegaskan bahwa rokok elektrik sama berbahayanya dengan rokok konvensional.