Mohon tunggu...
Muhammad Ridwan Naim
Muhammad Ridwan Naim Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Prodi Teknik Informatika Universitas Pamulang

Suka musik, puisi, dan teknologi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi Percakapan Tuan dan Semesta

11 September 2022   11:50 Diperbarui: 11 September 2022   11:53 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Semesta

Tuan, ceritakan padaku tentang masa yang kau arungi

Tuan

Elusif, ketika hidup tidak lagi seperti angka nol atau satu dalam sistem biner

Semesta

Lalu apa yang kau lakukan, tuan?

Tuan

Aku mencoba tetap teguh di tengah gaduh

Ciptakan utopia di bayang distopia

Menghindari distorsi jua paradok yang kian mencolok

Semesta

Bagaimana keadaan manusia saat ini?

Tuan

Banyak orang mengagumi filsafat yang kerananya ia tersesat

Banyak orang mendewakan logika yang kerananya atheis seketika

Banyak orang mampu mengubah hitam menjadi putih atau sebaliknya

Setan-setan dijadikan berhala

Materialistik adalah budaya

Hidup hanya tentang uang di saku semata

Anak-anak kerbau menyusui induknya

Semesta

Bagaimana keadaan alam saat ini?

Tuan

Alam tak lagi sama

Ia mulai bosan dengan manusia yang merangkak di punggungnya

Samudera tak lagi ramah dengan keluasannya

Daratan tak lagi hijau tanpa keanekaragaman hayatinya

Hanya beton berton-ton bermunculan bak parasit yang tumbuh pada inangnya

Menghalangi cakrawala terlukis pada netra

Hujan asam yang karatlah besi kerananya

Jua bianglala yang tak lagi sama

Semesta

Yang demikian benar adanya

Kerana alam adalah bagian dariku, dari semesta

Yang tercipta dengan prelude tanpa ruang dan waktu dalam enam masa

Suatu singularitas yang kemudian, "bang!"

Ledakanku menjadi mahakarya Yang Maha Kuasa

Lalu tercipta bumimu, kamu, dan segala keindahannya

Tidaklah manusia bersyukur melainkan hanya sedikit darinya

Tidaklah kerusakan terjadi melainkan kerana tangan-tangan jahil mereka

Tuan

Dengan segala kerendahan hatiku

Maafkan aku jika termasuk darinya

Apalah daku dibandingkan dirimu, semesta

Konstanta planck pun tidak cukup mendefinisikannya

Apa lagi di hadapan Yang Kuasa

Tak perlu teori dawai untuk memahami mula segala

Sebab deo favente, semesta ada

Maka tugasku adalah bersyukur pada-Nya

Muhammad Ridwan Na'im

Tangerang, 7-9 September 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun