Fenomena Pemutusan Hubungan Kerja yang terjadi pada era pandemi Covid-19 mengalami peningkatan. Kementerian Ketenegakerjaan melakukan pendataan hingga Agustus 2020 lalu mendapatkan bahwa 386.977 jiwa mengalami PHK, 1,15 juta jiwa dirumahkan, dan 633.421 jiwa pekerja informal mengalami kehilangan pekerjaan. Masyarakat yang kehilangan pekerjaan akan mencari pemasukan lain untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri dan keluarganya. Alternatif yang dapat dijadikan usaha untuk mendapatkan penghasilan di masa pandemic adalah berjualan. Masyarakat dapat memanfaatkan sisa penghasilan yang diterima di tempat kerja sebelumnya sebagai modal awal untuk membangun usaha rumahan. Mayoritas usaha rumahan saat ini berada pada sektor pangan.
Usaha-usaha baru yang timbul akibat pandemi banyak memanfaatkan media sosial dan marketplace. Pemasaran digital ini sangat membantu usaha-usaha kecil untuk mengenalkan produknya. Contoh yang dapat dilihat adalah dari grup kuliner yang ada di media sosial Facebook. Grup-grup yang cukup terkenal dikalangan pengguna facebook di Kabupaten Asahan adalah GKK Kuliner Kisaran dan Wisata Kuliner Asahan. Grup publik ini secata berurutan memiliki jumlah anggota sebanyak 9,9 ribu akun dan 14 ribu akun yang mayoritas berdomisili di Kabupaten Asahan. Kedua grup ini memiliki rata-rata postingan sebanyak 200 postingan sehari. Jumlah postingan ini dapat mencerminkan peningkatan jumlah pelaku usaha rumahan.
KKN Back to Village (BTV) 3 Universitas Jember menyambangi salah satu usaha rumahan yang saat ini sedang diminati banyak orang. Kami mengunjungi rumah produksi jamu yang bermerk Jamu Warisan Ninik. Produk jamu pada era pandemi cukup banyak dicari konsumen. Jamu dipercaya dapat membantu menjaga dan meningkatkan daya tahan tubuh. Jamu Warisan Ninik merupakan jamu yang telah terdaftar dalam program Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K) dari PKK Kabupaten Asahan. Hasil diskusi dan observasi yang dilakukan dengan pemilik Jamu Warisan Ninik diperoleh bahwa pemiliki masih memasarkan jamunya di Desa Marjanji Aceh dan sekitarnya. Akses yang jauh dari ibukota kabupaten merupakan salah satu tantangan bagi pemilik untuk memasarkan produknya. Permasalahan selanjutnya adalah kurangnya literasi tentang keamanan pangan. Penggunaan botol bekas, sanitasi lingkungan, dan pengendalian limbah masih kurang terlaksana dengan baik.
KKN BTV 3 Universitas Jember hadir dalam melakukan pendampingan dalam penyelesaian masalah yang dimiliki oleh pemilik Jamu Warisan Ninik. Tahap awal yang dilaksanakan oleh peserta KKN BTV 3 Universitas Jember adalah melakukan inovasi produk. Inovasi produk diperlukan untuk produk yang akan dipasarkan di luar Desa Marjanji Aceh. Kegiatan yang dilakukan pertama adalah pendampingan pemilihan bahan baku kemasan. Kemasan produk yang akan dipasarkan ke luar Desa Marjanji Aceh dapat memerhatikan beberapa pertimbangan yaitu keamanan pangan, kemudahan logistik, dan kemudahan konsumen untuk mengonsumsi produk. Pendampingan selanjutnya adalah pendaftaran akun media sosial dan bergabung di grup-grup kuliner serta pendaftaran akun marketplace untuk perluasan pasar. KKN BTV 3 Universitas Jember juga memberikan tambahan pengetahuan dalam bentuk kelas. Kelas yang diikuti pemilik Jamu Warisan Ninik memiliki tema besar Keamanan Pangan. Kelas pertama tentang kemasan aman untuk olahan pangan dan kelas kedua adalah personal higiene dan sanitasi.
Peningkatan literasi ini diikuti dengan sangat antusiasi oleh pemiliki Jamu Warisan Ninik. Kelas pertama membahas bahan-bahan kemasan yang semuanya memiliki keunggulan dan kekurangannya. Bahan logam dan gelas memiliki kemasan yang cukup aman namun membutuhkan biaya yang sangat besar. Bahan plastik terdapat yang berjenis food grade dan non-food grade. Bahan food grade memiliki kelebihan relatif aman untuk pangan dan membutuhkan biaya yang rendah. Plastik yang non-food grade tidak direkomendasikan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan untuk digunakan sebagai kemasan karena menimbulkan cemaran yang dapat mempengaruhi kualitas pangan. Kelas kedua berkaitan dengan personal higiene. Personal higiene berkaitan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang harus selalu dijaga oleh pengelolah makanan. Caranya dengan mandi dan sikat gigi secara benar dan teratur, memotong kuku, dan membersihkan rambut serta tangan. Sanitasi juga penting dalam mengolah pangan. Kebersihan lingkungan sangat diperlukan dalam menjaga kualitas pangan. Kurniasih, dkk. (2015) telah membuktikan melalui penelitiannya pada warung makan di sekitar Terminal Borobudur, Magelang. Kurniasih dkk. pada penelitiannya memeriksa 31 sampel makanan. Sejumlah 16 makanan terbukti mengandung bakteri E. Coli yang dapat menyebabkan diare. Hal ini terjadi karena tidak langsung mencuci peralatan dan tidak menggunakan air mengalir. Menurut pemilik Jamu Warisan Ninik, kelas yang diadakan oleh KKN BTV 3 Universitas Jember sangat bermanfaat dan mudah dimengerti oleh pelaku usaha sepertinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H