Global Food Secuity atau Ketahan Pangan Global saat ini menjadi salah satu visi prioritas Bank Dunia. Global Food Security Index (GFSI) atau indeks ketahanan pangan global mengukur ketahanan pangan di berbagai negara dengan menggunakan indikator utama yaitu keterjangkauan, ketersediaan pasokan, mutu gizi dan keamanan pangan (quality and safety) serta keberlanjutan dan adaptasi. Data Global Food Security Index (GFSI) periode 2012 – 2022, skor indeks ketahanan pangan global Indonesia menunjukkan tren peningkatan, dengan skor tertinggi pada tahun 2018 sebesar 62,4. Pada tahun 2022, GFSI menempatkan Indonesia pada peringkat 63 dari 113 negara di dunia. Di kawasan Asia Tenggara, Indonesia masih berada di bawah Singapura, Malaysia, dan Vietnam.
Secara geografis, negara Singapura, Malaysia dan Vietnam berada dalam kelompok daratan yang terhubung. Singapura memiliki luas wilayah 734,3 km² dengan iklim tropis khatulistiwa, dan sekitar 23% luas daratan Singapura terdiri dari hutan dan cagar alam. Malaysia memiliki luas wilayah 330.803 km² dengan iklim lokal khatulistiwa dan dicirikan oleh angin muson barat daya dan angin timur laut dengan luas perairan sekitar 3% dari total luas negara. Indonesia terdiri dari sekitar 13.450 pulau yang mencakup sekitar 200 juta ha lahan, dimana 31,5% merupakan lahan pertanian dan 51% berupa hutan (IN D O N E S I A Republic of Indonesia 2017, n.d.). Pertanian merupakan kontributor yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia, menyumbang sekitar 13% dari total luas daratan. PDB dan 30% lapangan kerja—sebagian besar adalah petani kecil (ILO 2017; Bank Dunia 2020).
World Health Organization (WHO) atau Organisasi Kesehatan Dunia mendefinisikan tiga komponen utama ketahanan pangan, yaitu ketersediaan pangan, akses pangan, dan pemanfaatan pangan. Ketersediaan pangan adalah kemampuan untuk memperoleh pangan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok. Akses pangan adalah kemampuan untuk memiliki sumber daya, baik secara ekonomi maupun fisik, untuk memperoleh pangan bergizi. Pemanfaatan pangan adalah kemampuan menggunakan bahan pangan secara benar dan proporsional. Food and Agricultural Organization menambahkan komponen keempat yaitu stabilitas ketiga komponen tersebut dalam jangka waktu yang lama (Policy Brief Changing Policy Concepts of Food Security, 2006)
Praktik Manajemen Kualitas Rantai Pasokan (SCQM : Supply Chain Quality Management) memainkan peran penting dalam memastikan ketahanan pangan nasional dengan menjaga keamanan, kualitas, dan ketersediaan pangan di seluruh rantai pasokan (Burgess et al., 2023a).Â
Mengenai pangan, kategori praktik SCQM adalah manajemen kualitas pemasok, kepemimpinan dan komitmen manajemen puncak, manajemen sumber daya manusia, kualitas informasi dan manajemen sistem informasi, integrasi rantai pasokan, fokus pelanggan, dan manajemen kualitas internal (yaitu manajemen proses dan manajemen logistik) ( Siddh dkk., 2018a). Dalam teori ini, kepemimpin menjadi salah faktor penting dalam penerapan SCQM, baik pada konteks kepemimpinan organisasi maupun pemerintahan. Selain itu, Praktik SCQM telah dikaitkan dengan peningkatan kinerja SCQM pangan (Siddh et al., 2018b) dan kinerja keberlanjutan dalam rantai pasokan pangan (Siddh et al., 2015)
Dengan demikian, menjaga ketahanan pangan dalam konteks global maupun skala nasional, penerapan atau praktik SCQM dapat dijadikan salah satu pedoman praktis bagi stakeholder terutama dalam menjaga keberlanjutan penggunaan sumber daya yang lebih efisien dan ramah lingkungan, sehingga target ketahanan pangan nasional dapat tercapai
Refferensi :
- I N D O N E S I A Republic of Indonesia 2017. (n.d.).
- Burgess, P. R., Sunmola, F. T., & Wertheim-Heck, S. (2023). A review of supply chain quality management practices in sustainable food networks. Heliyon, 9(11), e21179. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2023.e21179
- Policy Brief Changing Policy Concepts of Food Security. (2006). http://www.foodsecinfoaction.org/
- Siddh, M. M., Soni, G., Jain, R., & Sharma, M. K. (2018a). Structural model of perishable food supply chain quality (PFSCQ) to improve sustainable organizational performance. Benchmarking: An International Journal, 25(7), 2272–2317. https://doi.org/10.1108/BIJ-01-2017-0003