Mohon tunggu...
Muhammad Rezanda Alifahna
Muhammad Rezanda Alifahna Mohon Tunggu... -

Penulis meminati kajian di bidang politik, islam, dan kepemimpinan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Peran Mahasiswa dalam Menyambut Pesta Demokrasi

23 Maret 2014   14:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:36 1178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sangat menarik apabila kita menyaksikan suasana yang terjadi menjelang pemilu belakangan ini. Melalui tulisan ini penulis ingin menyampaikan pendapat mengenai peran mahasiswa dalam menyambut pesta demokrasi 5 tahunan ini.

Saya melihat sudah begitu banyak kampus besar menyambut antusias penyelenggaraan pesta demokrasi 5 tahunan ini. Bahkan keluarga mahasiswa badan eksekutif kampus beberapa kampus membantu mahasiswa yang berasal dari daerah lain atau biasa disebut dengan ‘mahasiswa rantau’ agar bisa ikut menggunakan hak pilihnya di wilayah kampusnya tersebut

Sebagai contoh, apabila mahasiswa tersebut berdomisili di salah satu kota di sumatra namun berkuliah di bandung, maka orang tersebut tetap bisa menggunakan hak pilihnya di bandung. Dengan segala persyaratan serta administrasinya diurus oleh Badan eksekutif mahasiswa kampus tersebut. Orang itu hanya tinggal menyerahkan fotokopi KTP dan kartu tanda mahasiswa.

Dari sini kita bisa melihat bagaimana usaha para mahasiswa untuk bisa berpartisipasi aktif dalam pesta akbar demokrasi 5 tahunan ini. Mereka menggunakan hak pilihnya untuk masa depan Indonesia, selain itu dengan seperti ini mereka secara otomatis menekan angka golput dan mengurangi peluang ‘kecurangan’ oleh oknum yang tidak bertanggung jawab dengan menggunakan suara mereka.

Selain itu, menjelang pesta demokrasi 5 tahunan ini sudah banyak kampus yang mengundang para calon legislatif dan calon presiden untuk menyampaikan ide serta gagasannya untuk bangsa ini dalam sebuah acara debat, talkshow, atau kuliah kebangsaan. Perlu dicatat bahwa mereka bukan tim sukses dan meminta calon tersebut berkampanye menyampaikan gagasannya tetapi mahasiswa ingin melihat dan menilai langsung bagaimana kualitas calon legislatif dan calon presiden negeri ini. Mahasiswa memiliki peran sebagai agen perubahan, cadangan masa depan, dan penjaga nilai. Maka, ada kewajiban moril dari dalam diri mahasiswa untuk mengawal calon pemimpin negeri ini agar tetep berjalan di dalam ‘track’ yang benar.

Peran mahasiswa lain adalah mengadakan debat-debat ideologis antar mahasiswa. Gerakan kiri, gerakan kanan, nasionalis, islam, dan sebagai macamnya dibahas dalam ruang terbuka. Mahasiswa mempelajari, membaca, menulis, berdiskusi mengenai ide gagasan ideologi bangsa ini. Diskusi asik para calon penerus bangsa ini berada di ruang-ruang perkuliahan dan di fasilitasi oleh organisasi mahasiswa.

Selain itu ada juga mahasiswa yang menyambut pesta demokrasi 5 tahunan ini dengan mengadakan lomba. Seperti lomba poster dengan mengajak untuk tidak golput, lomba foto selfie dengan tema pemilu, atau lomba video untuk pencerdasan politik. Tujuannya adalah agar anakmuda tetap peduli politik dan pemilu dengan cara-cara yang kreatif, unik, dan menarik.

Banyak cara kreatif serta menarik yang dilakukan mahasiswa saat ini dalam menyambut pesta demokrasi bangsa ini dengan tujuan yang sama yaitu meramaikan dengan kegiatan positif, mengajak masyarakat untuk mensukseskan pemilu, serta mengawal segala kegiatan pemilu agar pelaksanaannya sesuai harapan bangsa ini yaitu berlangsung secara terbuka, jujur, dan adil.

Namun tidak sedikit juga mahasiswa yang masih apatis, tidak peduli, bahkan tidak mau membahas sama sekali mengenai hal-hal yang berkaitan dengan politik, pemilu, dan pesta demokrasi 5 tahunan ini.

Disaat mahasiswa lain dengan berbagai macam kegiatannya mencoba berpartisipasi dan berkontribusi dalam menyukseskan pemilu, mahasiswa ini enggan untuk membahas dan malah memandang politik sebagai sebuah hal yang tabu.

Kepada para mahasiswa ini, saya ingin menyampaikan sebuah syair dari penyair Jerman, Bertolt Brecht :

Buta yang terburuk adalah buta politik, dia tidak mendengar, tidak berbicara, dan tidak berpartisipasi dalam peristiwa politik. Dia tidak tahu bahwa biaya hidup, harga kacang, harga ikan, harga tepung, biaya sewa, harga sepatu dan obat, semua tergantung pada keputusan politik.
Orang yg buta politik begitu bodoh sehingga ia bangga dan membusungkan dadanya mengatakan bahwa ia membenci politik. Si dungu tidak tahu bahwa dari kebodohan politiknya lahir pelacur, anak terlantar, dan pencuri terburuk dari semua pencuri, politisi buruk, rusaknya perusahaan nasional dan multinasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun