Mohon tunggu...
Muhammad Rezanda Alifahna
Muhammad Rezanda Alifahna Mohon Tunggu... -

Penulis meminati kajian di bidang politik, islam, dan kepemimpinan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Memprediksi Calon Presiden Pasca Hasil Perhitungan Cepat

10 April 2014   03:14 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:51 1971
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lembaga survei sudah mulai mengeluarkan hasil perhitungan cepat pasca pemilihan umum legislatif yang dilaksanakan hari ini. Hasil yang didapatkan memang tidak begitu mengejutkan di papan atas atau 3 besar karena sesuai dengan prediksi yang dikeluarkan oleh beberapa pakar dan lembaga survei sebelum dilaksanakannya pemilihan umum legislatif. PDIP keluar sebagai pemenang dengan memperoleh suara terbanyak sekitar 19,09%. Hal ini sesuai dengan prediksi yang menyatakan dampak kemonceran capres Joko Widodo akan mendongkrak perolehan suara PDIP Pileg 2014 terbukti. Perolehan suara PDIP diikuti dengan Golkar dengan perolehan 14,49% dan Gerindra dengan perolehan sekitar 12,35%. Hasil ini memang belum pasti karena bagaimanapun juga kita harus menunggu hasil realcount yang resmi dikeluarkan oleh KPU, namun setidaknya dengan hasil ini kita sudah bisa mulai memprediksi dan membedah calon-calon presiden yang akan maju tahun ini.

PDIP yang sebelumnya mentargetkan akan memperoleh suara diatas 25% dan prediksi beberapa pakar yang mengatakan bahwa PDIP bahkan bisa memperoleh suara hingga 40% pasca ditetapkannya Jokowi sebagai calon presiden yang akan diusung partai tersebut memang tidak terbukti atau tidak tercapai. Dengan hasil yang didapatkan sebanyak kurang lebih 19% maka PDIP tidak cukup aman apabila hanya mengandalkan suara partainya saja. Butuh sekitar 1% suara lagi untuk PDIP bisa mengusung calon presiden, artinya cukup hanya dengan berkoalisi dengan 1 partai kecil pun langkah PDIP dan Jokowi untuk mencalonkan diri sebagai calon presiden akan mulus. Namun yang menjadi perhatian serius saat ini, Jangan sampai 'Jokowi Effect' ini menjadikan bangsa ini menutup mata dan terbius begitu saja dengan sosok Jokowi ini. Kita tetap harus secara kritis melihat gagasan, ide, visi, dan misi  serta platform kebijakan yang akan Jokowi laksanakan ketika menjadi presiden. Karena memang hingga saat ini belum terlihat gagasan, ide, visi, dan misi yang akan Jokowi bawa.

Selain itu, kabar yang dihembuskan media bahwa Jokowi hanyalah sebagai 'boneka', didukung oleh konglomerat-konglomerat cina, mengkhianati rakyat jakarta karena belum menyelesaikan janji kampanye gubernur, menjadi tantangan tersendiri untuk Jokowi dan PDIP. Hal yang menarik lain yang kita tunggu adalah siapa calon wakil presiden yang akan mendampingi Jokowi kelak? Setidaknya PDIP harus cermat untuk memilih calon wakil presiden agar bisa meningkatkan suara PDIP di pilpres mendatang.

Selanjutnya adalah Golkar dengan memperoleh suara sekitar 15%. Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie (Ical) yakin dengan perolehan suara itu dirinya tetap dapat melaju ke pilpres. Sebelumnya, Sekjen partai Golkar, Idrus Marham, mengatakan bahwa sejak awal Golkar memang memutuskan bahwa apabila perolehan di bawah 15 persen ataupun di atas 15 persen, Golkar akan tetap berkoalisi.  Artinya memang membutuhkan sekitar 5% lagi atau dengan menggandeng 1 partai papan tengah maka akan memuluskan langkah Ical menjadi calon presiden. Berbeda dengan Jokowi, saya rasa Ical dan partai Golkar sudah memiliki  gagasan, ide, visi, dan misi  serta platform kebijakan yang akan mereka bawa ketika menjadi presiden kelak. Mengusung tema, visi Indonesia 2045: Negara Kesejahteraan’ memang menjadikan rakyat Indonesia mulai melirik dan tertarik dengan Golkar. Ical sebagai mantan menkokesra memang sudah sangat ahli dalam merancang pembangunan ekonomi sebuah bangsa. Hal-hal seperti meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan perkapita, menurunkan tingkat kemiskinan dan pengangguran menjadi target utama yang dibawa Ical sebagai calon presiden.

Namun tantangan utama Ical dan partai golkar untuk mendapatkan kursi RI-1 nanti memang cukup banyak. Diantaranya adalah kekuatan dan keutuhan internal partai karena beberapa petinggi dan kader partai pun mulai tidak yakin dengan mengusung Ical sebagai calon presiden dari partai golkar. Selain itu beberapa isu lain seperti bisnis-bisnis Ical yang bermasalah baik di dalam maupun di luar negeri bisa menjadi batu sandungan tersendiri. Belum lama ini juga berhembus kabar mengenai video kontroversial yang beredar di internet terkait dengan Ical dan keluarga. Selain itu, visi Indonesia 2045 pun memang sangat khas dan identik dengan jaman orde baru. Seperti yang kita ketahui bahwa rakyat Indonesia memiliki pengalaman yang 'kurang baik' dengan jaman orde baru. Akankah 'jaman orde baru' yang biasa dibawa oleh Ical dan Golkar di setiap kampanyenya akan mendongkrak perolehan suara Golkar atau malah menurunkan minat rakyat Indonesia untuk memilih Golkar? sangat menarik untuk dinantikan ketika masa kampanye selanjutnya.

Urutan ketiga adalah Gerindra dengan memperoleh sekitar 12,23% suara. Melonjaknya perolehan suara Partai Gerindra cukup mengejutkan banyak pihak. Partai besutan Prabowo Subianto saat Pemilu 2009 hanya mampu mendulang suara sebanyak 4,46 persen.Tren positif yang dialami Gerindra ini setidaknya mempermudah langkah Gerindra untuk memajukan Ketua Dewan Pembinanya itu sebagai calon presiden. Langkah partai tersebut untuk tetap mencapreskan Prabowo tak begitu berat, pengamat politik dari Pol Tracking Institute, Hanta Yuda, mengatakan Gerindra cukup tinggal menggandeng dua partai papan tengah saja untuk koalisi. Prabowo dan Gerindra pun sudah memiliki  gagasan, ide, visi, dan misi  serta platform kebijakan yang akan mereka bawa dengan mengusung ’6 Program Transformasi Aksi Bangsa’. Enam program ini meliputi isu ekonomi, pangan, energi, infrastruktur, birokrasi, dan pembangunan manusia. Target-target yang dibawa oleh Prabowo dan Gerindra bahkan lebih konkret dibandingkan Ical dan Golkar karena mereka membawa 'angka-angka pasti' di setiap targetnya seperti peningkatan pendapatan per kapita hingga USD 3500, membangun 3000 km jalan raya dan kereta api dan mencetak 2 juta Ha lahan pertanian baru. Bandingkan dengan Ical  yang masih bersifat normatif dengan menggunakan kalimat-kalimat ala orde baru seperti ‘mengoptimalkan’, ‘memajukan’, ‘mensinergikan’, dan ‘mempercepat' tanpa mengeluarkan angka pasti.

Namun yang menjadi masalah dan tantangan serius bagi Prabowo dan Gerindra adalah masalah isu pelanggaran HAM berat yang dilakukan Prabowo ketika masih menjabat pada masa orde baru. Beberapa LSM, aktivis mahasiswa, dan media massa pun sering menghembuskan isu-isu ini kepada masyarakat. Ketegasan Prabowo malah identik dengan kekerasan dan isu penculikan untuk membungkam para aktivis yang kritis terhadap pemerintah masa orde baru. Benarkah dulu Prabowo melakukan pelanggaran HAM berat? butuh kepastian yang jelas sebelum Prabowo resmi maju sebagai calon presiden.

Sebenarnya kejutan terjadi di papan tengah. Menyaksikan Demokrat dan PKB yang saling kejar di posisi keempat menarik untuk disaksikan. Suara PKB cukup mengejutkan dengan memperoleh sekitar 9% suara. Dengan membawa nama-nama seperti rhoma irama, Mahfud MD, dan Jusuf Kalla sebagai bakal calon presiden yang akan diusung mendongkrak perolehan suara PKB. Kampanye-kampanye PKB yang dihadiri oleh artis-artis nasional seperti Ahmad Dhani pun menjadi salah satu faktor yang mungkin bisa meningkatkan suara perolehan partai ini. Dengan melihat perolehan suara papan tengah seperti Demokrat, PKB, PAN, PPP, PKS menarik untuk menanti gebrakan dari poros tengah ini. Apalagi Demokrat juga belum menentukan tokoh yang akan dimajukan sebagai calon presiden. Mereka masih menunggu pemenang hasil konvensi walaupun beberapa nama seperti Dahlan Iskan diisukan kuat keluar sebagai pemenang konvensi. Atau koalisi partai Islam untuk memajukan satu nama sebagai calon alternatif seperti Dahlan Iskan, Hatta Rajasa, Mahfud MD, Jusuf Kalla, atau Anis Matta bisa saja terjadi. Nama-nama yang akan diusung oleh poros tengah akan menjadi calon alternatif yang bisa berlari bak kuda hitam kemudian menang atau sekedar memberi ancaman terhadap tokoh-tokoh lama. Indonesia saat ini didominasi oleh pemilih muda kritis yang menginginkan tokoh yang baru, segar, berjiwa muda, dan punya gagasan baru untuk membawa perubahan untuk Indonesia.

Setelah Jokowi, Ical, dan Prabowo, saya rasa sangat menarik apabila kita menantikan tokoh keempat yang akan muncul sebagai calon alternatif presiden Indonesia. Setidaknya, hingga perolehan suara saat ini saya memprediksi akan ada 4 calon yang nanti akan bertarung dalam pemilihan presiden. Mari kita kawal terus pesta demokrasi negeri ini. Kritisi visi, misi, ide, serta gagasan yang akan mereka bawa untuk memperbaiki bangsa ini.

Hidup Mahasiswa!

Hidup Rakyat Indonesia!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun