Mohon tunggu...
Muhammad Reza Naufan
Muhammad Reza Naufan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi Nonton Film

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pembagian Poster tentang Cara-Cara Mengatasi Anak yang Susah Makan

29 Agustus 2022   06:50 Diperbarui: 29 Agustus 2022   08:01 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
2. Memberikan Edukasi (Dokpri)

Indonesia mempunyai masalah gizi yang cukup berat yang ditandai dengan banyaknya kasus gizi kurang pada anak balita, usia masuk sekolah baik anak laki-laki dan perempuan. 

Stunting adalah kondisi utama gagal tumbuh pada anak usia bawah lima tahun (balita) akibat kekurangan gizi kronis, infeksi berulang dan stimulasi psikososial yang tidak memadai. 

Prevalensi stunting di indonesia menempati peringkat kelima terbesar di dunia. Data Riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukan prevalensi stunting pada tingkat nasional yaitu 37,2%, terdiri dari pravelensi pendek sebesar 18,0% dan sangat pendek sebesar 19,2%. 

Hal ini menunjukan bahwa indonesia sedang mengalami masalah kesehatan masyarakat yang berat pada kasus balita stuting. Data yang diperoleh dari Riskesdas 2018 menunjukan bahwa angka stunting meningkat menjadi 40,3%.

Dampak dari stunting yaitu dampak jangka pendek dan dampak jangka panjang. Dampak jangka pendek anak menjadi apatis, mengalami gangguan bicara, serta gangguan perkembangan, sedangkan dampak jangka panjang penurunan skor IQ, penurunan perkembangan kognitif, gangguan pemusatan perhatian serta penurunan trasa percaya diri. 

Kondisi gizi kurang dapat menyebabkan gangguan pada proses pertumbuhan, gangguan terhadap perkembangan dan mengurangi kemampuan berfikir. Faktor langsung kejandian stunting adalah pemenuhan zat gizi yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan anak kedepannya terutama pemenuhan asupan energi dari zat gizi makro (karbohidrat, lemak dan protein).

Stunting (tubuh pendek) adalah keadaan tubuh yang sangat pendek hingga melampaui defisi -2 standar deviasi (SD) dibawah median panjang atau tinggi yang menjadi referensi internasional. Ada baberapa faktor yang mempengaruhi stunting pada anak yakini faktor langsung yaitu asupan makanan dan penyakit infeksi serta faktor yang tidak langsung yakni pengetahuan tentang gizi, pendidikan orang tua, pendapatan orang tua, distribusi makanan, besar keluarga, sedangkan asupan protein <80% Angka Kecukupan Gizi (AKG) berisiko menjadi stunting 6,4 kali ini lebih tinggi dibanding anak dengan konsumsi protein 80%. Stunting pada anak, selain disebabkan oleh definisi zat gizi makro, juga berhubungan dengan devinisi seng (Zn). Seng (Zn) adalah mineral esensial yang berperan dalam sintesis, sekresi, dan kontrol hormon pertumbuhan (Growth Hormon). Rendahnya sintesis hormon pertumbuhan dapat menghambat pertumbuhan linier dan diduga menyebabkan kondisi stunting pada masa balita.

Gizi yang buruk adalah salah satu pemicu stunting, salah satu penyebab gizi buruk adalah anak yang susah makan. Oleh karena itu program kerja individu KKN saya adalah membagikan poster tentang cara mengatasi anak di Desa Badandan, program individu saya tidak hanya memberikan atau mebagikan poster tetapi memberikan edukasi atau penjelasan tentang cara – cara mengatasi anak yang susah makan kepada warga (orang tua) agar tidak bingung dengan mengatasi anak yang susah makan sehingga anak tidak mengalami gizi buruk dan terhindar dari stunting.

2. Memberikan Edukasi (Dokpri)
2. Memberikan Edukasi (Dokpri)

Singkatnya saya melaksanakan program kerja saya selama 1-3 hari ke berberapa RT yang ada di Desa Badandan ini contohnya RT 5, saya mendatangi beberapa rumah dan membagikan poster serta saya memberikan penjelasan kepada warga yang kurang paham atau tidak mengerti tentang cara nya serta menjelaskan apa hubungan antara anak yang susah makan dengan stunting. Selanjutnya jika sempat saya akan langsung bersilahturahmi ke rumah – rumah yang saya kunjungi agar mempererat hubungan dengan warga Desa Badandan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun