Setelah Pemilihan Legislatif 9 April lalu dilaksanakan, yang hasilnya PDIP keluar sebagai pemenang dengan perolehan suara 18,95 % suara sah nasional. Hasil rekapitulasi Pileg April lalu menunjukkan tidak adanya partai yang memenangkan suara mayoritas bahkan tidak ada mampu memenuhi 20 % suara sah nasional yang merupakan syarat dalam pengajuan Capres – Cawapres yang akan diusung Partai. Tidak adanya partai yang meraih 20 % suara, membuat partai harus berkoalisi demi mengusung Capres – Cawapres. Dan saat ini telah terbentuk dua poros koalisi, yaitu Koalisi gabungan PDIP, Nasdem, PKB dan Hanura, secara resmi mengusung Jokowi – Yusuf Kalla sebagai Capres – Cawapres yang akan bertarung di pilpres Juli mendatang. Sedangkan Koalisi Merah Putih yang terdiri gabungan dari partai Gerindra, PPP, PKS, PAN, Golkar dan PBB secara resmi mengusung Prabowo Subianto – Hatta Rajasa.
Setelah mengetahui Capres – Cawapres yang akan bertarung di pilpres Juli mendatang, bagaimana dengan nasib para Capres – Cawapres yang terpental dari arena pertarungan atau yang gagal nyapres yang diwarnai berita pecah kongsi dukungan. Banyak berita yang mengejutkan dan kejadian unik dari para Capres – Cawapres terpental tersebut. Kita mulai dari PKB, Ketum PKB, Muhaimin Iskandar (Cak Imin) boleh dibilang seorang politisi cerdik, sebelum Pileg Cak imin berhasil merangkul, tokoh yang dianggap memiliki popularitas di masyarakat, seperti Machfud MD, Yusuf Kalla dan Si Raja Dangdut Rhoma Irama serta mengusung ketiganya menjadi Capres dari PKB. Ketiga tokoh tersebut mampu membuat perolehan suara PKB meraih suara signifikan dengan 9,05 % suara.
Namun seiring berjalannya waktu, ternyata PKB bergabung dengan Koalisi PDIP yang mengusung Jokowi – JK sebagai Capres – Cawapres. Si Raja Dangdut Rhoma Irama meradang atas keputusan PKB tersebut, merasa dimanfaatin oleh PKB. Rhoma mencabut dukungannya terhadap PKB serta banting setir mendukung Prabowo – Hatta. Selain Rhoma, berita mengejutkan dari Machfud MD yang juga merupakan korban dari strategi kampanye PKB, Machfud ditunjuk sebagai ketua Tim Sukses pemenangan Prabowo – Hatta. Masuknya Machfud ke gerbong koalisi Merah Putih terasa janggal karena sebagai kader Nahdiyin seharusnya Machfud mendukung Jokowi – JK, yang didukung partainya PKB. Beralihnya dukungan Machfud ini, apakah bentuk kekecewaan machfud kepada PKB yang telah Ingkar ?, hanya machfud yang tahu jawabannya.
Wiranto – Harry Tanoesudibjo (Win – HT) merupakan Capres – Cawapres yang terpental yang di usung dari Partai Hanura, terpentalnya Win – HT dari pertarungan Pilpres merupakan Imbas dari perolehan suara yang tidak mencukupi bahkan berada pada posisi terakhir, dengan meraup 5,26 % Suara sah nasional secara otomatis Hanura juga tidak bisa mengusung calonnya. Namun saya salut dengan kenegarawanan Wiranto yang memberikan Partai Hanura ke Jokowi – JK, namun dukungan Hanura ke Jokowi – JK disertai kabar mengejutkan dengan dukungan HT ke Prabowo – Hatta. Berita itu tentu saja mengejutkan Wiranto sebagai Ketum Hanura, dukungan HT itu dikuatkan dengan pernyataan Waseksen Gerindra Fadli Zon yang menyatakan dukungan HT ke Prabowo – HT. Hal itulah yang membuat HT memutuskan mundur dari Partai Hanura, banyak yang mencibir langkah HT tersebut, sebagai pembangkangan terhadap keputusan partai.
Sedangkan Nasib sama juga melanda Capres dari Partai Golkar Aburizal Bakri atau ARB, yang memutuskan mendukung Prabowo – Hatta, hal ini menimbulkan konflik internal didalam kubu Golkar terutama dari kader muda Golkar yang menyayangkan keputusan ARB. Anggota Dewan Pertimbangan Partai Golkar, Jend (Purn) Luhut Panjaitan paling vokal menentang keras dukungan ke Prabowo – Hatta, bahkan Luhut balik arah dengan mendukung Jokowi – JK, ini berarti Luhut terancam pemecatan dari Golkar mengingat Ancaman Ketua Dewan Pertimbangan partai Golkar Akbar Tanjung yang akan menindak dan memecat kader yang membelot terhadap keputusan Partai.
Itulah nasib para Capres – Cawapres terpental, yang diwarnai perpecahan kedua kubu, pecah kongsi, dan yang lebih unik lagi ada persamaan dengan para Calon Legislatif (Caleg) yang gagal. Dan jangan sampai suatu saat ada berita kelakuan yang aneh dari para capres – Cawapres tersebut gara – gara gagal nyapres, ingat kelakuan dan perilaku anda ditonton jutaan rakyat Indonesia, jangan sampai menjadi bahan ejekan dan tertawaan yang berkonsekuensi menurunkan martabat dan kredibilitas anda. Jadilah seorang negarawan sejati yang menjadi contoh bagi rakyat. Salam Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H